Nasi uduk itu wangi dan gurih, bukti bahwa santannya cukup kental. Taburan bawang goreng enak dan renyah. Sedangkan ayam gorengnya nikmat. Mungkin karena ayamnya masih "remaja". Â Sambal tersedia dua jenis di wadah yang ada di meja, bebas mengambil sesuai selera.
Saya makan malam dengan nikmat. Tidak percuma balik lagi ke tempat ini. Nasi uduk Remaja Cikini betul-betul layak diacungi jempol. Pantas saja banyak orang yang ketagihan dan menjadi pelanggan.Â
Selain ayam goreng, ada lauk yang lain seperti sate usus, paru, empal, tempe dan tahu goreng tepung. Berhubung saya menjaga kolesterol dan asam urat, saya tidak mau memesan makanan semacam itu. Harganya semua murah-murah, antara empat sampai delapan ribu Rupiah.Â
Dan yang membuat enggan beranjak adalah bisa menonton televisi yang digantung di sudut. Kebetulan ada laga sepakbola piala AFF, Indonesia bertarung dengan Singapura. Seru juga.
Namun karena banyak pembeli yang berdatangan, saya harus tahu diri. Saya pun segera membayar di kasir dan kemudian melenggang ke stasiun, naik Commuter Line pulang ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H