Sebetulnya ada gado-gado yang terkenal di pasar Cikini. Tetapi pedagangnya sudah meninggal dunia. Sedangkan gado-gado Boplo, bukan kaki lima tapi sudah berupa restoran.
Teman-teman lain membeli makanan jenis kedua, Â bubur ayam H. Suleiman yang juga legendaris. Tapi saya berpikir, kok jadi berburu makanan yang sama. Saya ingin yang berbeda, lalu saya menunda pembelian makanan kedua.
Saya berniat kembali malam hari untuk berburu nasi uduk Remaja Cikini yang hanya buka malam hari. Ketika teman-teman pulang, saya mlipir dulu ke sekitar Sarinah, ngopi bersama seorang sahabat sambil menunggu malam tiba.
Kembali ke Cikini malam hari
Selepas salat Maghrib, dengan ojek online saya balik ke kawasan tadi untuk berburu  nasi uduk Remaja Cikini. Kenapa saya mengincar makanan ini? Nasi uduk Remaja Cikini sudah menjadi incaran para penikmat kuliner. Banyak yang menjadi pelanggan selama bertahun-tahun. Makanan ini juga direkomendasikan di Trave****Eat  dan website wisata lainnya.
Nasi Uduk Remaja H. M. Thoha, begitu plang nama yang terpasang. Lokasinya hanya beberapa meter ke belakang penjual gado-gado. Tapi tadi siang gerobaknya belum ada dan tendanya masih kosong.Â
Eh, ternyata ketika saya datang, sudah penuh dengan para pembeli. Dua meja panjang ditempati oleh orang-orang yang makan di tempat. Belum lagi pembeli yang antri memesan untuk dibawa pulang. Mereka datang dengan kendaraan motor dan mobil. Jelas, jajanan UMKM ini laris manis.
Tadinya sempat ragu juga mau membeli, kuatir lama mengantri. Saya tanya pada mbak kasir, dia bilang cepat dilayani. Saya pun memesan nasi uduk dengan ayam goreng dan segelas teh manis. Nasi uduk harganya hanya enam ribu Rupiah, ayam goreng 14 ribu Rupiah dan teh manis empat ribu Rupiah.Â
Alhamdulillah, ada yang beranjak pergi dari kursinya karena selesai makan. Saya pun mendapat tempat. Baru saja duduk, pesanan saya sudah datang. Wow, meski penuh, mereka bisa melayani dengan baik tanpa perlu menunggu lama.Â