Ulama-ulama pro khilafah rajin mengisi BBM acara-acara ceramah online sambil melakukan propaganda. Mereka membangun opini bahwa pemerintah tidak becus sehingga pantas untuk digulingkan.
3. Syahwat politik, nafsu merebut kekuasaan semakin besar sehingga mereka menggunakan segala cara. Sangat disayangkan partai terbesar pengusung Jokowi justru sibuk menyiapkan dinasti, tidak peduli dengan perkembangan gerak teroris.
Pemerintahan Jokowi dilemahkan oleh orang-orang yang semula mendukung, tetapi kemudian malah menggerogoti. Berebut rezeki korupsi, hukum pun mereka kuasai. Lembaga-lembaga hukum tidak punya gigi untuk memberantas mereka.Â
Kelemahan tersebut menjadi celah yang dimanfaatkan oposisi dan kelompok teroris. Mereka semakin percaya diri bahwa kekuasaan pemerintah bisa diambil alih.
4. Sel-sel teroris telah ada di semua lini, di tempat strategis. Misalnya di media massa yang tampak kecenderungan pada pihak mereka. Semakin banyak wartawan dan media yang mereka kuasai.
 Kelompok teroris tidak lagi malu-alu menunjukkan keberadaan dan identitas mereka. Apalagi mendapat perlindungan dari kaum oposan. Bahkan para pendukung mereka tidak ragu memproklamirkan diri sebagai bagian dari mereka.
Momen kemenangan Taliban menjadi pemicu yang cukup kuat. Kalau di Afghanistan bisa, tentu di  negeri ini juga bisa. Begitulah pemikiran mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H