Masyarakat internasional membicarakan Pangeran Harry dan Meghan Markle setelah tampil dalam wawancara dengan Oprah Winfrey di CBS. Wawancara tersebut mengungkap 'penderitaan' Meghan selama tinggal bersama keluarga kerajaan.Â
Satu hal yang menimbulkan kontoversial adalah masalah rasisme. Meghan mengaku bahwa dia merasa terintimidasi ketika ada yang mengkhawatirkan warna kulit putranya, Archie saat masih dalam kandungan. Â Sebagaimana diketahui, Meghan merupakan keturunan Afro-Amerika.
Pangeran Harry tampak sangat mendukung penampilan istrinya tersebut. Ia mengiyakan cerita dan pernyataan Meghan. Tidak ada satupun usaha Harry untuk membela keluarganya, kerajaan Inggris. Padahal dia dibesarkan sebagai seorang pangeran terhormat.
Ini memperlihatkan bahwa Pangeran Harry sudah menjadi bucin (budak cinta). Saking cintanya kepada istri, menganggap semua yang dilakukan dan dikatakan istrinya selalu benar. Kalau di Indonesia mungkin dia sudah termasuk ISTI (ikatan suami takut istri). Dia dilanda cinta buta.
Sebenarnya kalau ditelaah dengan jernih, banyak kejanggalan dengan sikap dan pernyataan Meghan. Ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan oleh pangeran Harry.
Pertama, sejak awal Meghan pasti sadar ia telah menjalin hubungan dengan seorang pangeran dari keluarga kerajaan ternama di dunia, kerajaan Inggris. Kalau ia wanita cerdas, tentu sudah tahu risiko masuk dalam lingkaran dan lingkungan keluarga kerajaan.
Sebelum menikah, Meghan sudah diperkenalkan dengan anggota keluarga kerajaan dan tata aturan yang diikuti. Jika tidak, ia juga bisa belajar dari literasi, media dan sumber pengetahuan lain.
Keluarga kerajaan banyak aturan itu sudah sangat jelas. Mereka memiliki tata krama yang jauh berbeda dengan masyarakat biasa. Jangankan kerajaan yang sangat terkenal seperti Inggris, kerajaan kecil seperti keraton di Nusantara saja memiliki aturan.
Jadi, sangat tidak masuk akal jika Meghan tidak mengerti hal ini. Dia tahu risiko memasuki keluarga kerajaan dan selayaknya mempersiapkan fisik dan mental di lingkungan tersebut. Sangat menggelikan kalau mengharapkan keluarga kerajaan menyesuaikan diri untuk Meghan. Justru Meghan yang harus beradaptasi dengan keluarga kerajaan.
Kedua, Meghan tahu betul bahwa pangeran Harry sangat menyayangi ibunya, Putri Diana. Karena itu ia meniru penampilan sang ibu mertua. Tetapi ia terlalu berekspektasi tinggi jika semua orang akan memberi perhatian kepada dia, sama dengan kepada Putri Diana.
Putri Diana memang seorang lady, dari keluarga bangsawan Inggris. Pembawaannya sudah terdidik sejak kecil, selera berpakaian tinggi, ditambah kecantikan alami. Dia anggun memesona dalam keadaan apapun. Sedangkan Meghan, hanya bisa meniru gaya berpakaian tapi tidak bisa bersikap seperti Putri Diana.
Putri Diana berjiwa sosial, perhatian kepada rakyat kecil tidak dibuat-buat. Ia banyak terlibat kegiatan sosial sebelum menjadi anggota keluarga kerajaan. Hal inilah yang menarik simpati masyarakat internasional.
Putri Diana adalah sumber perhatian, kemana pun ia melangkah selalu menjadi sorotan, baik oleh paparazi atau masyarakat. Tetapi Meghan adalah tipe yang mencari perhatian. Dulu dia adalah artis, bintang film yang kurang berhasil sehingga tidak mendapatkan atensi yang diinginkan.
Ketiga, Â dari pernyataan Meghan, tersirat ada iri hati kepada iparnya Kate Middleton. Suatu hal yang muskil jika ia ingin seperti Kate Middleton yang dipersiapkan menjadi Ratu Inggris. Pangeran William adalah pewaris tahta setelah ayahnya, Pangeran Charles, sementara Pangeran Harry terlalu jauh jaraknya.
Kate memiliki pendidikan tinggi, setara dengan pangeran William. Dia dengan mudah menyesuaikan diri dengan tata cara di kerajaan Inggris. Sebagai orang Inggris asli, Kate juga sudah tahu seluk-beluk kerajaan.Â
Jika Meghan berharap pandangan keluarga kerajaan harus berubah untuk menyenangkan dia atau dengan alasan mengikuti perkembangan zaman, itu bagai mimpi di siang bolong. Tradisi kerajaan Inggris telah berlangsung selama berabad-abad, tidak mungkin bisa diubah dalam sekejap.
Dalam beberapa hal, memang sudah ada perubahan. Misalnya, istri pangeran sekarang diperbolehkan bukan berasal dari keluarga bangsawan. Dengan catatan, tentu mereka yang mau masuk keluarga kerajaan patuh kepada aturan yang berlaku.
Mengenai rasialisme, tidak perlu mengobrak-abrik keluarga kerajaan Inggris yang menjalankan dan mempertahankan eksistensi mereka. Tidak usah jauh-jauh, di Amerika Serikat yang katanya membela HAM, sering terjadi tindakan rasialis. Padahal Amerika Serikat bukan kerajaan.
Jadi, yang patut dikasihani adalah pangeran Harry yang menjadi bucin. Ia tidak melihat sosok ambisius di balik wajah cantik istrinya. Kalau cinta itu sudah menguap, barulah pangeran Harry akan tersadar dan mungkin kembali pada keluarga yang membesarkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H