Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pilih Kampus Sesuai Hobi, Bakat, dan Minat Bakal Bikin Bahagia

11 Januari 2021   15:20 Diperbarui: 11 Januari 2021   15:25 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang akan merasa nyaman berada di tempat yang disukainya. Begitu pula ketika menuntut ilmu, idealnya mendapat tempat yang menyenangkan. Karena itu perlu diperhatikan saat harus pilih kampus. Kalau tepat pilih kampus, insya Allah membuat bahagia, dan menunjang prestasi.

Dahulu ketika saya pilih kampus, saya mempertimbangkan hobi, bakat dan minat. Soalnya kalau berada di tempat yang salah, bisa membuat patah semangat, hilang mood. Ini bisa membuat kita kuliah asal-asalan, cuma isi absen dengan nilai pas-pasan. Padahal indeks prestasi penting untuk modal mencari pekerjaan.

Saya tidak pernah ingin menjadi pegawai negeri atau sekarang istilahnya ASN (Aparatur Sipil Negara). Saya membayangkan bahwa bekerja di belakang meja itu sangat membosankan. Sementara saya senang keluyuran, jalan-jalan. Maka saya berpikir untuk pilih kampus yang membuka peluang untuk mencari pekerjaan di lapangan.

Salah satu profesi yang bekerja di luar kantor adalah wartawan atau reporter. Nah, saya tertarik untuk menjadi wartawan yang bisa ke mana saja dan bertemu siapa saja. Kemudian saya mencari kampus yang memiliki jurusan jurnalistik. Pada saat itu, kampus yang menjadi pencetak wartawan adalah IISIP Jakarta, yang sebelumnya dikenal sebagai Sekolah Tinggi Publisistik.

Kampus inilah yang menjadi tujuan saya. Kebetulan lokasinya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Sangat mudah dan cepat dicapai dari rumah saya di Depok. Kampus ini memang Perguruan Tinggi Swasta, sehingga pendaftaran untuk calon mahasiswa, berbeda waktunya dengan Universitas Negeri.

Saya tidak melibatkan orang tua dalam mengurus tetek bengek pencarian dan pendaftaran ke kampus. Kasihan mereka, sudah mengurus dari kecil. Saya malu jika untuk ini saja masih merepotkan orang tua.

Saya datang ke kampus langsung untuk melihat persyaratan pendaftaran. Setelah semua lengkap, ikut tes masuk. Untunglah soal-soal yang diberikan tidak ada yang sulit. Singkat cerita, saya lulus dengan nilai baik.

Karena kampus ini adalah pilihan saya, tentu saya bersemangat menuntut ilmu di sini. Bahkan saya mengambil teladan dari para senior yang bekerja sambil kuliah. Pada semester enam, saya mulai mencoba magang menjadi wartawan di sebuah media harian. 

Dengan bekerja, saya sudah memperoleh penghasilan sendiri. Saya bisa membeli kamera untuk menunjang pekerjaan. Bahkan saya kemudian membayar uang kuliah sendiri, lepas dari bantuan orang tua. Kalau uang berlebih, saya membantu membiayai pengeluaran keluarga.

Di sisi lain, ada hobi yang bisa dikembangkan. Sejak duduk di bangku SMP, saya belajar bela diri karate. Ini mungkin pengaruh sifat saya yang tomboy, tetapi maksudnya adalah untuk menjaga diri. Beberapa kali olahraga beladiri yang saya pelajari telah terbukti menyelamatkan saya dari gangguan orang tak bermoral.

Di kampus inilah saya bertemu dengan penyanyi terkenal dan pujaan banyak orang, yaitu Iwan Fals. Ternyata ia menjadi guru karate di kampus. Ia membuka dojo dan melatih karate di kampus. Saya pun menjadi muridnya.

Latihan-latihan karate dilakukan di sela-sela kuliah. Karena ini sudah menjadi hobi, maka saya selalu sungguh-sungguh menjalaninya. Dan ini adalah salah satu bakat saya. Gerakan-gerakan karate yang saya lakukan sangat baik. Menurut simpai Iwan Fals, tendangan mawashi geri saya paling bagus.

Oleh karena itu, Iwan Fals mengikutsertakan saya dalam berbagai lomba karate. Saya menjadi atlet karate untuk kumite kelas 53 kg. Percayalah, tubuh saya sangat ideal waktu itu, tinggi dan langsing dengan tendangan hanya beberapa detik saja.

Usaha Iwan Fals tidak sia-sia. Saya meraih beberapa gelar dari kejuaraan yang saya ikuti. Misalnya, juara tiga kumite perorangan antar mahasiswa se-Jawa - Bali. Dalam setahun saya mengikuti beberapa kejuaraan. Plakat dan piagam masih tersimpan di kampus hingga saat ini. Saya merasa bahagia bisa meraih semua itu.

Begitulah jika kita tepat dalam memilih kampus yang sesuai dengan hobi, bakat dan minat. Hasilnya akan lebih maksimal, kita akan terpacu untuk meraih prestasi. Semua akan bermanfaat dalam membuat pondasi masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun