Kami tiba dengan nafas tersengal-sengal karena sudah lama tidak olahraga. Di pintu gerbang sempat istirahat sejenak setelah membayar tiket masuk.
Dari gapura menuju air terjun sebenarnya tidak terlalu jauh, mungkin hanya 500 meter. Tetapi jalan kecil yang dilalui sedikit menanjak, jadi lumayan menguras tenaga.
Eh, ternyata banyak juga pengunjung Curug ini. Kami menghindari kelompok orang lain, memilih tempat tersendiri. Ketika agak sepi, baru kemudian mendekati Curug tersebut.
Ada beberapa orang menyeburkan diri menikmati kesegaran air terjun. Saya hanya mencelupkan kaki dan berfoto di depan Curug itu. Begitu pula teman-teman.Â
Namun Curug ini hanya salah satu tujuan. Setelah puas berfoto, kami lanjutkan perjalanan ke atas menuju balong atau kolam. Sebenarnya balong ini adalah aliran sungai yang menjadi Curug di bawahnya.
Perjalanan mendaki ke balong melalui tangga batu. Nah di sini sangat terasa bahwa berat badan menjadi beban. Saya cepat lelah dan terengah-engah. Tapi saya tidak sendiri, teman-teman lain juga seperti itu.
Dan yang membuat saya bahagia, saya adalah yang paling tua. Teman-teman seperjalanan jauh lebih muda. Rerata di bawah 30-an. Wajar dong saya cepat lelah karena usia. Justru saya merasa menang karena mengungguli mereka yang muda.
Di balong tersebut kami berendam dan bermain air. Semula terasa sangat dingin, tapi kulit cepat beradaptasi. Kami berada di sini lebih lama.
Turun lagi dalam keadaan lelah dan mengantuk. Saya mendahului teman-teman yang masih ingin berfoto-foto supaya bisa duduk terkantuk-kantuk di warung dekat pintu gerbang.
Untunglah mobil sudah berada di tempat parkir. Perjalanan pulang tidak terlalu susah. Kami pulang dengan puas dan gembira. Saya melanjutkan tidur di kereta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H