Traveling adalah salah satu hobi saya. Ada kalanya merupakan petualangan ke tempat yang jauh. Kadang pula sebuah perjalanan ke tempat yang anti mainstream seperti naik gunung dan panjat tebing.
Namun dari semua petualangan, saya suka mengumpulkan berbagai Cinderamata yang menjadi ciri khas tempat yang didatangi. Tidak perlu sesuatu yang mahal, tapi menjadi pengingat bahwa saya pernah ke sana.
Benda favorit saya adalah selendang atau syal  yang terbuat dari tenun ikat. Ini biasanya merupakan produk kerajinan tangan dari daerah tersebut. Membeli hasil kerajinan tangan penduduk setempat berarti membantu perekonomian mereka.
Perjalanan menjelajah Nusantara jelas menjadi prioritas sebelum pergi keluar negeri. Kebetulan dahulu saya aktif di beberapa organisasi sosial politik. Sebagai salah satu pimpinan, saya sering mendapat tugas untuk meninjau kepengurusan di daerah.
Di luar acara organisasi, saya manfaatkan untuk jalan-jalan mengenal daerah itu. Nah, kemudian ada kesempatan mendapatkan Cinderamata.
Sebagaimana foto di atas, saya menggunakan selendang tenun ikat dari Sumba Barat, NTT. Biasanya, tenun ikat dari NTT bercorak gelap, kebanyakan coklat atau hitam. Tapi sekarang sudah ada inovasi warna. Jadi saya pilih yang  kombinasi, warna merah dan kuning.
Walaupun begitu, saya juga punya syal yang model klasik dari NTT dengan warna hitam dan coklat. Soalnya bisa dipadupadankan dengan pakaian yang dikenakan.
Tetapi jangan salah, sebab Maluku memiliki beberapa kabupaten. Setiap kabupaten mempunyai motif atau corak yang berbeda meski sama-sama merah. Dari motif itu dapat diketahui suku yang membuatnya.
Di masa kini ulos juga mengalami perubahan warna. Ini yang saya kenakan adalah ulos berwarna merah menyala. Ada benang emas yang membuat selendang itu tampak berkilau.
Selain selendang atau syal, saya juga mengoleksi aksesoris seperti kalung dan gelang. Biasanya yang berciri etnik. Dahulu ketika pertama ke Kalimantan Timur, saya membeli kalung etnik  suku Dayak dengan sistem barter. Satu kg gula pasir ditukar dua gelang dan dua kalung. Kalau sekarang sudah menggunakan uang.
Dari Kalimantan Timur itu saya juga mendapatkan kerajinan kulit kayu (pohon). Ada tas dan rompi Dayak. Â Kulit pohon harus digeprek dulu sampai melebar, kemudian dikeringkan. Setelah itu baru diproses menjadi sebuah produk.
Sedangkan untuk Cinderamata dari Turki, saya koleksi berbagai macam. Selendang, dompet, kalung dan gelang. Bahkan juga teh serta kopi yang bisa dibeli di kedai pinggir jalan atau di pasar.