"Tidak. Kita tetap aman. Namun supaya kalian tenang, jenazah si Fulan kita sediakan lahan di pemakaman di ujung desa. Pemakaman di tepi hutan," jelas Ki Demang.
Semua yang hadir manggut-manggut setuju. Pak Kades menarik nafas lega. Akhirnya persoalan ini bisa diselesaikan dengan baik.
Esok harinya, sebuah ambulan memasuki desa itu dengan suaranya yang khas. Orang-orang desa tidak ada yang berani keluar rumah, mereka hanya mengintip dari balik jendela.
Jenazah itu disambut oleh Ki Demang, Pak Kades dan keluarga si Fulan. Para petugas medis mengeluarkan jenazah si Fulan dari dalam ambulan.Â
Pak Kades, Ki Demang dan keluarga si Fulan hanya bisa menyaksikan dari kejauhan. Mereka menjaga jarak sesuai anjuran pemerintah.
Dan aku, menyaksikan tubuhku dimasukkan ke dalam liang lahat, lengkap dengan plastik membungkus rapat. Tubuhku lalu ditimbun tanah hingga tak terlihat. Â Aku merasakan hawa dingin di sekelilingku, kemudian tanpa sadar melayang, menyaksikan bapak dan ibu berurai air mata. Setelah semua terasa gelap.