Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Fenomena Ular Merajalela adalah Bentuk Bencana Ekologi

20 Desember 2019   15:21 Diperbarui: 21 Desember 2019   09:04 3291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu kita ingat bahwa predator ular atau binatang yang menjadi pemangsa ular senakin langka. Binatang-binatang seperti elang, burung hantu, musang, dan luwak yang suka memakan bayi ular.

Mereka terlalu banyak ditangkap manusia. Ada yang diperjualbelikan di pasar gelap karena dilarang oleh pemerintah. Alhasil, hewan-hewan pemangsa ular hanya bisa ditemukan di dalam kandang, menjadi tontonan. 

Maka tidak heran jika ular-ular menjadi merajalela. Mereka bebas hidup dan berkeliaran karena tidak ada ancaman alami yang menyeimbangkan jumlah dengan memakannya.

Tetapi, banyaknya ular yang bermunculan bukan berarti manusia bisa membunuh dengan seenaknya sehingga ular-ular itu habis terbasmi. Ingat, sekali lagi ada ekosistem yang harus dijaga. 

Keberadaan ular adalah menjadi pemangsa tikus dan sejenisnya. Kalau manusia membabi-buta membunuh ular, bisa dipastikan akan ada bencana ekologi berikutnya yaitu wabah tikus.

Oleh sebab itu, apa yang harus kita lakukan adalah menjaga ekosistem, menjaga keseimbangan alam. Tapi saya pesimis juga, orang Indonesia rendah kesadarannya soal lingkungan. Buktinya, banjir setiap tahun semakin besar karena mereka merusak alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun