Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Senang Berhutang Berarti Menzalimi Orang Lain

30 September 2019   13:10 Diperbarui: 30 September 2019   13:16 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Larangan hutang di warung (dok.ifani)

Hutang menjadi hal yang rumit dalam kehidupan ketika  telah membudaya. Orang yang biasa berhutang, akan terus menerus mengulangi tanpa merasa bersalah.

Padahal orang yang senang berhutang, memiliki potensi besar menzalimi orang lain, terutama orang yang meminjamkan uang. Fenomena yang terjadi,  semakin banyak penghutang yang 'ngemplang'. Ia bukan hanya sulit ditagih, tapi malah bersikap galak kepada si pemberi hutang 

Betulkah orang berhutang karena dalam keadaan terjepit atau karena kepepet dengan kebutuhan mendesak? Faktanya sekarang banyak orang berhutang karena sudah menjadi gaya hidup. Ia senang berhutang.

Tanpa disadari gaya hidup itu tercipta karena sekeliling kita yang mendorong  untuk hidup konsumtif. Misalnya, membeli kendaraan dengan kredit dan cicilan murah. Ini adalah hutang.

Gaya hidup di kota besar juga menjebloskan kita dalam pola hidup konsumtif. Nongkrong di kafe, beli barang branded dll. Supaya tidak kalah gengsi, maka berhutang untuk memenuhi gaya hidup tersebut 

Contoh kasus adalah ketika ada teman yang ingin menikah, menyewa gedung, catering, busana pengantin dll. Sementara itu, sebenarnya ia tidak memiliki kind kedua yang cukup. Teman ini berusaha berhutang ke bank dengan menjaminkan sesuatu.

Benar bahwa pesta pernikahan itu sukses dan meriah. Tapi sayangnya setelah itu hidup mereka kembang kempis, tinggal di rumah kontrakan dan makan minimalis. Sebab, penghasilan mereka digunakan untuk membayar hutang di bank.

Kasus yang lebih parah misalnya meminjam uang kepada teman lain untuk pesta pernikahan. Ia meminjam dengan memaksa, jika temannya menolak, dikatakan pelit, tida mau menolong. Lho, ini kan pernikahan dia, kenapa menyusahkan orang lain?

Kalau tidak sanggup membuat pesta pernikahan yang besar, tidak perlu memaksakan diri hanya demi gengsi. Dalam agama Islam, pernikahan seharusnya dipermudah, bukan mempersulit diri. 

Kasus lain adalah kegemaran berhutang ini untuk memenuhi gaya hidup sehari-hari. Misalnya membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan hanya karena ia sangat menginginkan barang itu.

Belum lagi kebiasaan hutang di warung untuk rokok, makanan dsb. Dan kemudian selalu mengelak dengan berbagai alasan ketika ditagih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun