Ketika Presiden Jokowi mengumumkan akan memindahkan ibukota dari DKI Jakarta ke provinsi Kalimantan Timur, Gubernur Anies Baswedan tampak tidak gembira (baca: masam). Bahkan ia meninggalkan tempat sebelum acara selesai.
Memang persoalan pemindahan ibukota menjadi kontroversi, baik oleh penduduk DKI sendiri maupun warga negara Indonesia lainnya. Masing-masing mengemukakan alasan berdasarkan fakta dan logika.
Berhubung yang sekarang menjadi gubernur ibukota adalah Anies Baswedan, maka hal ini langsung menyentuh kepentingannya. Jelas pemindahan itu sangat berdampak terhadap kepemimpinan dia di ibukota Jakarta.
Beberapa waktu yang lalu, ia berhasil menjadi gubernur dengan 'perjuangan' yang luar biasa. Terutama dukungan demonstrasi dari golongan yang mengatasnamakan agama.
Sungguh miris jika menyadari bahwa tetiba jabatan sebagai gubernur ibukota bisa melorot begitu saja. Menguap seperti air tanpa bekas. Wajar jika reaksi Anies tidak gembira.
Namun sebenarnya Anies tidak perlu sesedih itu. Pemindahan ibukota bukan kiamat bagi karirnya. Justru ia harus bisa melihat sisi positif dari rencana tersebut.
Beberapa alasan agar Anies tidak galau sbb:
1. Pemindahan ibukota masih akan berlangsung lama. Faktanya, keputusan Presiden baru dikeluarkan, belum tentang pelaksanaan.
Membangun sebuah ibukota membutuhkan waktu yang cukup lama, hingga bertahun-tahun. Segala sarana dan prasarana harus diwujudkan terlebih dahulu, belum tentu selesai dalam lima tahun.
Karena itu, selama ibukota baru masih dalam pembangunan, DKI Jakarta masih berstatus ibukota. Maka Anies Baswedan terhitung masih menjabat sebagai gubernur ibukota DKI Jakarta.
2. Â Pemindahan ibukota bukan berarti pemindahan pusat bisnis. Beberapa contoh negara lain, memiliki ibukota yang berbeda. Misalnya Amerika Serikat dengan New York city sebagai pusat bisnis dan Washington DC sebagai ibukota.
Mengingat bahwa membangun pusat perekonomian sangat lama, besar kemungkinan DKI Jakarta tetap menjadi pusat bisnis. Di sini ada semua gedung pusat perkantoran.
Kalau pun pusat pemerintahan berpindah, kantor-kantor swasta tetap berada di sini. Karena kebutuhan pusat perekonomian telah ada dan lengkap di Jakarta. Di kota ini tersedia sarana dan prasarana yang memadai.
Transportasi paling modern ada di Jakarta. Baik itu MRT, LRT hingga bandara bertaraf internasional. Semua pesawat dari dalam dan luar negeri, singgah untuk menuju Jakarta.
3. Anies justru memiliki lebih banyak peluang orientasi ke depan. Bagaimana ia bisa menyelesaikan tugasnya, dan menuntaskan program sebagai gubernur. Pemindahan ibukota diurus pemerintah pusat, jadi dia sebaiknya lepas tangan saja.
Lagipula, Jika Anies memiliki keinginan bertarung sebagai calon presiden pada pemilu 2024 nanti, ia bisa menyiapkan diri. Anies mempunyai kesempatan untuk mengambil ancang-ancang sebagai calon presiden.
Jokowi tidak mungkin mencalonkan diri setelah dua periode terlewati. Sedangkan Prabowo Subianto, walau kemarin menyatakan masih akan mencalonkan diri, belum bisa dipastikan dijalankan.
Anies adalah calon alternatif selain Prabowo Subianto. Dia harus bisa mengoptimalkan kinerja untuk membuktikan bahwa dia layak bersaing dalam pilpres 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H