Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Belajar dari Turki, Pusat Pemerintahan Terpisah dengan Pusat Bisnis

2 Mei 2019   13:49 Diperbarui: 2 Mei 2019   14:00 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Turki, Erdogan (dok.akparti)

Sebagian besar negara negara di dunia memiliki ibukota yang menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis. Tetapi tidak halnya dengan Turki, yang telah lama memisahkan kedua hal itu. Ibukota yang menjadi pusat pemerintahan adalah Ankara, sedangkan pusat bisnis adalah Istanbul.

Padahal, faktanya Istanbul merupakan wilayah paling terkenal di Turki sehingga banyak orang yang masih mengira bahwa Istanbul adalah ibukota Turki. Istanbul juga menjadi tujuan utama para pelancong atau wisatawan, jutaan orang setiap tahun datang ke Istanbul.

Memang pada mulanya, Istanbul yang dahulu dikenal sebagai Konstatinopel merupakan ibukota dari kerajaan Ottoman. Tetapi kejayaan kerajaan itu mulai surut akibat serangan tentara sekutu yang bertubi-tubi. Turki berubah menjadi negara Republik beraliran sekuler pada tahun 1922.

Mustafa Kemal Ataturk, yang menjadi presiden pertama Turki dan mendapat julukan 'Bapak Turki' telah memindahkan ibukota dari Istanbul ke Ankara pada tanggal 13 Oktober 1923. Sejak itu, pusat pemerintahan ada di Ankara, sedangkan Istanbul berkembang menjadi pusat bisnis.

Mengapa Kemal Ataturk memindahkan ibukota? Waktu itu alasan yang dikemukakan oleh tokoh tersebut adalah untuk menghindari kemerosotan moral yang sudah merajalela di Istanbul. Kota itu sudah dipenuhi dengan korupsi dan maksiat yang tumbuh subur pada masa kerajaan.

Namun di balik itu, sebenarnya  ada beberapa alasan politik yang bagi Ataturk merupakan hal yang tak bisa ditawar tawar lagi. Ataturk sedang membangun pertahanan dan kekuatan dalam negeri agar tidak mudah diserang oleh tentara sekutu yang dahulu didominasi Inggris dan Australia.

Istanbul telah beberapakali menerima serangan mematikan dalam pertempuran melawan tentara sekutu. Mereka mendarat melalui pelabuhan di Istanbul. Salah satunya adalah peristiwa Canakkale yang telah menewaskan ribuan tentara Turki. 

Secara geografis, Istanbul terletak di ujung Eropa sehingga memungkinan bagi tentara sekutu untuk masuk dan menyerang lewat Istanbul. Apalagi Yunani, yang bertetangga dan bersebelahan dengan Turki, berada di pihak sekutu. Yunani membuka perbatasan bagi tentara sekutu.

Karena itu, Istanbul dianggap tidak aman untuk tetap menjadi ibukota. Keputusan memindahkan ibukota ke Ankara adalah pertimbangan yang sangat matang. Ankara berada di tengah-tengah wilayah Turki, lebih aman dan tidak mudah dijatuhkan oleh musuh.

Selain itu, pemerintah Turki lebih mudah memantau dan mengunjungi berbagai provinsi yang termasuk dalam wilayahnya. Dari Ankara jalur transportasi sangat lengkap menuju setiap wilayah. Ankara juga bisa dicapai dengan pesawat, bus atau kereta api dari Istanbul.

Sedangkan Istanbul sendiri, lebih cocok menjadi pusat bisnis. Dengan posisinya di ujung Eropa, membuka lebih banyak peluang mengalirnya bisnis dari dan ke Eropa. Karena itulah event event internasional tentang perekonomian lebih banyak diselenggarakan di Istanbul.

Sekarang di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan, Istanbul semakin dikuatkan sebagai kota bisnis. Bandara yang baru, merupakan bandara terbesar di dunia. Semua pesawat yang datang dari luar negeri tumplek di sini. Meski sebagian masih ada yang juga mampir di Ankara.

Bukan sesuatu hal yang buruk jika Indonesia memindahkan ibukotanya ke tempat yang lebih jauh. Beberapa usulan patut dipertimbangkan seperti Kalimantan dan Sulawesi. Kedua pulau ini berada di tengah-tengah Nusantara dan memiliki wilayah yang luas.

Hal ini bisa merupakan pemerataan pembangunan karena pembangunan ibukota baru pasti akan mendorong perekonomian di wilayah tersebut. Memang bukan hal yang mudah karena persiapannya harus fisik dan mental. Penduduk setempat harus bisa memahami kemajuan di daerah tersebut.

Sebaiknya Jokowi mengumpulkan para ahli di bidang itu agar perencanaan lebih matang. Pemindahan ibukota sekarang bukan sekedar wacana, tetapi sebuah cita cita dan tujuan yang harus dilaksanakan jika ingin membuat negara ini menjadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun