Saya gemas dan geli mendengar perkataan Fadli Zon yang menyamakan Prabowo dengan Bung Karno. Ini orang mengigau atau mimpi di siang bolong.
Kalau mau mengangkat junjungan janganlah keterlaluan, cari yang levelnya lebih dekat. Terlalu jauh perbedaan antara Bung Karno dengan Prabowo.
Bung Karno, bagi para pengagumnya (seperti saya) hanya ada satu di dunia dalam satu abad. Dia adalah manusia yang teramat langka. Beruntung Indonesia dikaruniai tokoh seperti dia.
Saya hanya akan menguraikan beberapa kelebihan yang dimiliki Bung Karno, yang tidak dimiliki tokoh zaman sekarang. Dia tidak bisa dibandingkan dengan orang orang yang ada di elite politik saat ini.
Pertama, Bung Karno ditempa oleh berbagai kesulitan dalam perjuangan mencapai kemerdekaan. Dia dipenjara berulang kali oleh penjajah Belanda, hingga diasingkan di Ende.
Coba, saya mau tanya, adakah tokoh sekarang yang mengalami hal seperti itu? Prabowo lari ke Jordania, ketika Orde Baru tumbang.Â
Pemimpin pemimpin kelas dunia, merasakan dinginnya penjara demi memperjuangkan bangsa dan negara. Sebut saja Nelson Mandela, yang puluhan tahun memimpin perjuangan dari balik jeruji besi.
Kedua, Bung Karno berhati lembut, tidak pernah mengamuk pada orang lain. Saking lembutnya, membunuh lalat pun ia tidak tega.Â
Ketika ada orang yang mengadukan nasibnya kepada Bung Karno, ia menangis. Padahal orang yang mengadu tersebut, pernah berbuat jahat kepadanya (saya tidak ingin menyebut siapa namanya).Â
Ketiga, Bung Karno adalah orator ulung. Ketika berbicara di atas podium, semua orang mendengarkan dengan suka rela.Â
Pada saat ia berpidato, tak ada seorangpun yang mengeluarkan suara. Tapi bukan karena takut, melainkan takjub dengan apa yang disampaikan Bung Karno.
Saya masih ingat cerita kedua orang tua saya, bahwa rakyat akan berbondong-bondong menghadiri pidato Bung Karno. Mereka rela berpanas-panasan agar bisa mendengar dan melihat Bung Karno. Ingat, tidak ada bayarannya, walaupun cuma nasi bungkus.
Bung Karno pidato berapi-api, untuk membangkitkan semangat. Ini bukan memaki maki, apalagi sampai membentak pendukung. Bung Karno tidak pernah menggebrak meja. Setiap orang mendengarkan tanpa perlu diperintah.
Ketiga, Bung Karno menapak dari bawah. Bahkan untuk sekolah pun di zaman Belanda, ia ditolong kerabatnya yang bangsawan. Ia hidup sederhana, makan dengan nasi garam pun pernah dijalani.
Sedangkan Prabowo, sejak lahir sudah terbiasa mendapatkan segalanya. Ia tidak pernah miskin. Bapaknya, begawan ekonomi kesayangan Soeharto, sang mertua.
Seumur hidup Prabowo tidak mengenal kemiskinan. Karena itu ia juga tidak pernah bergaul dengan orang miskin. Coba lihat, bersalaman dengan orang kebanyakan pun, ia berhati-hati.
Keempat, Bung Karno adalah nasionalis tulen. Jangan ditanya kecintaan beliau pada bangsa dan negara ini.Â
Bung Karno mengorbankan jiwa dan raga, serta harta untuk menjaga NKRI. Tahukah apa yang dikatakan ketika ia harus meninggalkan istana karena kudeta Soeharto? Apapun bayarannya, persatuan dan kesatuan harus tetap dipertahankan.
Pada saat itu bisa saja Bung Karno memerintahkan rakyat yang mencintai dia untuk berontak dan melawan Soeharto. Tapi karena dia tidak ingin terjadi perang saudara, ia melarang pemberontakan. Bung Karno mengalah untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Kelima, Bung Karno tidak pernah melakukan korupsi. Jika ada orang yang menghembuskan bahwa Bung Karno menyimpan harta, itu adalah fitnah.
Bung Karno bahkan melarang keluarganya mengambil satu sendok pun dari istana. Beliau mengatakan bahwa semua itu milik rakyat, tidak boleh diambil.
Dalam kehidupan sehari-hari, Bung Karno sangat sederhana. Ia bahkan sering dibantu oleh teman teman terdekatnya, untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.
Namun yang paling jelas, Bung Karno adalah the founding father. Dialah yang menggagas Pancasila dengan menggali adat istiadat, budaya dan kepercayaan masyarakat Indonesia.
Nah, apakah bisa dibandingkan dengan Prabowo? Jauh sekali. Prabowo tidak ada Seujung kuku Bung Karno. Prabowo saja tidak bisa menyamai mertuanya, apalagi Bung Karno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H