Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menghirup Aroma Imlek di Pecinan Glodok

1 Februari 2019   16:18 Diperbarui: 1 Februari 2019   17:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lagi hari raya kaum Tionghoa, Imlek akan tiba. Wilayah Pecinan di Glodok mulai menampakkan kemeriahannya.

Jumat pagi saya pun menyusuri jalan dan gang sempit di Glodok. Aroma Imlek semakin kuat terasa 

Kopi es Tak Kie

Saya memasuki gang Gloria, dimana terdapat kedai kopi es Tak Kie yang legendaris itu. Waktu baru menunjukkan pukul delapan pagi, kedai itu hampir penuh dengan orang sarapan.

Kopi hangat dan roti (dok.pri)
Kopi hangat dan roti (dok.pri)
Saya pun memesan kopi. Sebenarnya di sini tidak harus minum kopi es, tapi kopi hangat/panas juga bisa. Kemudian membeli beberapa potong roti.

Tadinya saya berniat memesan nasi tim yang tersedia di sini. Gerobak di depan mencantumkan daftar makanan nasi tim dan nasi campur.

Kemudian pelayan lelaki yang tampaknya berasal dari Jawa berbisik agar tidak memesan makanan di situ karena mengandung babi. Sebab saya muslim tentu tidak boleh memakan makanan sejenis itu.

Namun karena saya lapar, saya memesan soto Betawi yang ada di kedai sebelah.  Pelayan itu yang menyarankan. Lebih aman karena penjualnya orang Betawi asli.

Soto Betawi (dok.pri)
Soto Betawi (dok.pri)
Saya pun sarapan dengan nikmat, karena semua makanan ini memang lezat. Kopi esnya masih enak, rotinya pun lembut. Sedangkan soto Betawi nya tak kalah lezat. 

Sebagian pengunjung adalah langganan setiap hari. Sedangkan sebagian lainnya adalah turis yang ingin tahu seperti saya. Bahkan ada orang asing yang juga ambil foto di sana.

Ada banyak pigura foto yang dipajang, bukan hanya kliping berita tentang kedai ini. Saya melihat juga ada foto Presiden Jokowi yang pernah mencicipi kopi es ini 

Petak Sembilan

Setelah puas dan kenyang, saya lanjutkan perjalanan untuk melihat persiapan Imlek. Kios kios kecil  dari depan kedai kopi sampai kios di pinggir jalan telah menjajakan perlengkapan Imlek.

Perlengkapan Imlek (dok.pri)
Perlengkapan Imlek (dok.pri)
Lampion cantik dengan dominan warna merah bergantungan. Ada parcel Imlek, kembang dengan batang panjang merah, lilin, ang  Pao hingga kue keranjang. Tapi saya tidak menanyakan harganya.

Kemudian saya memasuki gang Petak Sembilan untuk mencari kelenteng atau Vihara yang terkenal di sini dengan sebutan Vihara Dharma Bakti.  Gang ini juga dipenuhi pedagang perlengkapan Imlek, termasuk baju baju berwarna merah keemasan.

Ang Pao (dok.pri)
Ang Pao (dok.pri)
Di tengah gang ada pasar tradisional yang menjual sayur mayur dan ikan. Akibatnya, gang itu menjadi becek dan kotor. Tapi apa boleh buat, terpaksa harus dilalui.

Kelenteng atau Vihara

Nama asli dari Vihara ini adalah Kim Tek Ie. Seperti pada umumnya, kelenteng ini didominasi warna merah. Sayangnya Vihara ini lagi direnovasi di beberapa bagian.

Ada sepotong taman dengan pohon beringin di tengah. Cukup menyenangkan duduk di bangku taman karena banyak angin yang menyejukkan.

Saya duduk di taman depan Vihara (dok.pri)
Saya duduk di taman depan Vihara (dok.pri)
Keistimewaan Vihara ini, setiap hari menyediakan makanan murah yang halal untuk kaum dhuafa. Mereka bisa mendapatkan nasi kuning dengan harga hanya tiga ribu rupiah saja.

Saya sempat melongok ke dalam. Ada seorang gadis yang sedang berdoa dengan khusyuk. Saya tidak ingin menganggunya.

Gadis yang khusyuk berdoa (dok.pri)
Gadis yang khusyuk berdoa (dok.pri)
Beberapa laki sedang memperbaiki dan membersihkan Vihara agar siap untuk perayaan Imlek. Saya pun juga tidak mau mengganggu mereka.

Ada spanduk di dinding yang menyatakan menolak segala bentuk radikalisme. Vihara juga menolak jika dijadikan tempat untuk kampanye pemilu.

Setelah puas melihat lihat, saya pun keluar dari kelenteng tersebut. Saya mengambil gang lain untuk menuju jalan raya Gajah Mada dan Hayam Wuruk.

Boneka babi untuk tahun babi (dik.pri)
Boneka babi untuk tahun babi (dik.pri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun