Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Keliling Tiga Tempat Wisata Seputar Tanjung Pinang ala Rider

7 November 2018   14:03 Diperbarui: 10 November 2018   05:24 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
naik tangga kelenteng Avalokitesvara Graha (dok.pri)

Kami bermaksud ke tiga tempat, dan pulang setelah maghrib. Dua tujuan adalah kelenteng yang cukup terkenal, setelah itu berakhir di tepi laut Tanjung Pinang. Maka kami melaju dengan sepeda motor di jalan raya yang tidak terlalu sibuk.

Kami berdua senang ngebut (jangan ditiru lho). Meski jalanan berlubang, enggan untuk menginjak rem. Kadang-kadang terloncat-loncat dari sadel. Kami hanya menikmatinya sambil tertawa-tawa. Begitulah kelakuan pemotor yang norak.

Kelenteng Avalokitesvara Graha

Tujuan pertama adalah kelenteng Avalokitesvara Graha, yang lokasinya hanya 14 km dari pusat kota Tanjung Pinang. Terletak di jalan raya WR Supratman yang menuju Tanjung Uban. Kelenteng ini adalah termasuk yang terbesar di Asia Tenggara, luas dan megah.

naik tangga kelenteng Avalokitesvara Graha (dok.pri)
naik tangga kelenteng Avalokitesvara Graha (dok.pri)
Pintu gerbang yang tinggi dengan ciri khas huruf dan bahasa Mandarin. Ada dua patung singa di sisi kanan dan kiri. Motor boleh langsung masuk ke halaman dalam, parkir dekat tangga yang menuju vihara. Setelah pintu gerbang, lahan di kanan dan kiri penuh dengan tanaman buah naga.

Vihara atau kelenteng ini menjadi pusat belajar biksu dari Malaysia, Singapura dan Thailand. Bahkan ada juga yang datang dari Tiongkok.  Saya melihat beberapa biksu yang sedang merawat tanaman, dan ada juga yang sedang membersihkan halaman.

Di hari-hari libur, banyak wisatawan yang datang dari dalam dan luar negeri. Tetapi karena saya datang pada hari kerja, maka kelenteng ini cukup sepi. Ada sih yang datang beberapa orang lagi, mereka adalah pasangan muda yang sedang berpacaran.

Ada taman dan kolam kecil di depan bangunan vihara. Banyak juga patung-patung di sini. Berhubung saya tidak begitu hafal dewa dan dewi dari  etnis Tionghoa, saya hanya berfoto dengan salah satu patung yang tidak saya kenal.

salah satu patung dewa di taman pinggir kolam (dok.pri)
salah satu patung dewa di taman pinggir kolam (dok.pri)
Setelah itu, untuk menuju bangunan utama kita harus menaiki puluhan anak tangga. Lumayan buat olahraga. Saya menaiki dengan senang hati karena pemandangan dari atas juga menarik. Begitu pula pemandangan di sekitar bangunan utama kelenteng.

Di dalam bangunan utama ada patung Dewi Kuan Yin Phu Sha dalam ukuran sangat besar, terbuat dari tembaga seberat 40 ton dan dilapisi emas. Berhubung lagi ada peribadatan, saya tidak berani masuk, kuatir mengganggu para biksu. Saya hanya memperhatikan dari luar.

Puas menikmati vihara yang diresmikan Menteri Agama pada tahun 2009 ini, saya mengajak keponakan untuk meninggalkan tempat tersebut. Kami pun kembali menyusuri jalan raya, menuju Senggarang. Ada vihara tua yang sangat terkenal, jaraknya sekitar satu jam naik motor dari pusat kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun