Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Begini Reaksi Pemimpin Dunia atas Pernyataan Arab Saudi tentang Pembunuhan Jamal Khashoggi

21 Oktober 2018   19:05 Diperbarui: 22 Oktober 2018   11:05 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angela Merkel, Kanselir Jerman (dok.Carsten Simon)

Pernyataan Arab Saudi tentang pengakuan adanya pembunuhan terhadap jurnalis kondang Jamal Khashoggi mendapat reaksi dari para pemimpin dunia. Terutama para pemimpin dari dunia Barat yang sebagian besar adalah sekutu Amerika Serikat. Pada umumnya mereka sangat kecewa.

Selain reaksi dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Uni Eropa juga memberikan tanggapan atas klaim Arab Saudi tersebut.  Negara-negara yang memberikan pernyataan adalah Jerman, Perancis, Inggris, Australia, dan Kanada. Petinggi PBB menuntut penjelasan lebih jauh dari sekedar pernyataan singkat yang dikeluarkan kerajaan.

Menteri Luar Negeri Kanada, Chrystia Freeland mengatakan kepada pers Sabtu kemarin bahwa penjelasan yang diberikan kerajaan Arab Saudi, sampai saat ini kurang konsisten. Pernyataan Arab Saudi tidak menunjukkan kredibilitas kerajaan.

Menurut Chrystia Freeland, Berita-berita yang disebarkan  Arab Saudi di media sosial dengan tagar #khashoggimurder selalu berubah-ubah, semakin tidak karuan. Berita yang terburuk dan aneh adalah pernyataan Arab Saudi yang menyebutkan bahwa Jamal Khashoggi  meninggal dalam perkelahian dengan orang-orang yang datang dan pergi.

Tidak ada penjelasan yang mendetail atas perkelahian yang dimaksud. Pernyataan itu jelas absurd dan mengandung kebohongan. Karena itu Kanada mengimbau agar dunia hukum internasional memberi sanksi dan menuntut pertanggungjawaban kepada Arab Saudi.

Sedangkan pemerintah Turki sendiri merasa berhutang secara moral untuk mengungkap kebenaran, apa yang terjadi pada kolumnis The Washington Post itu. Apalagi pembunuhan itu terjadi di dalam wilayah Turki.

Juru Bicara AK Parti, Omer Celik menegaskan bahwa Turki tidak mau menuduh siapa pun. Tetapi Turki tidak menerima adanya upaya untuk menutupi kebenaran dalam kasus Jamal Khashoggi.  Turki berkewajiban menegakkan hukum.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Perancis, Jean Yves Le Drian menyebutkan bahwa pernyataan kerajaan Arab Saudi justru tidak menjawab banyak pertanyaan. Ketika Kanselir Jerman, Angela Merkel  mendesak transparansi, dia menilai laporan yang diumumkan oleh Arab Saudi  sama sekali tidak cukup.

Pemimpin lainnya juga skeptis terhadap pernyataan Arab Saudi. Misalnya Perdana Menteri Australia, Scot Morisson yang menyebutkan bahwa Arab Saudi tidak akan berhasil menyakinkan dunia internasional.

Pemimpin PBB, Antonio Guterres juga menyerukan penyelidikan yang mendalam terhadap pembunuhan Jamal Khashoggi, begitu pula pejabat Uni Eropa, Federisa Mogharini. Mereka menghendaki agar para pelaku bertanggung jawab dan mendapat hukuman sesuai peraturan yang berlaku.

Donald Trump mengaku tidak puas dengan pernyataan yang diberikan Arab Saudi.  Ia berharap mendapat penjelasan yang dapat dipercaya. Sekarang ia pun skeptis, meski tetap tidak membatalkan kesepakatan bernilai milyaran Dolar dengan Arab Saudi.

"Pengakuan Arab Saudi kemarin adalah langkah pertama, tetapi tidak memberikan jawaban yang saya inginkan," kata Trump. 

Namun para senator menyerang Trump dengan gencar. Lindsay Graham dari partai Demokrat meminta agar Amerika Serikat memberikan reaksi yang keras. Sedangkan Bruce Riedel dari partai Republik  mempertanyakan dimana mayat Jamal Khashoggi, mengapa Arab Saudi baru memberi pernyataan setelah 17 hari berlalu.

Analisa dari Eurasia Group menyimpulkan bahwa keputusan untuk merombak aparat intelejen dan memecat anggota pengawal Putra Mahkota Pangeran Muhammed bin Salman, dirancang khusus untuk menjauhkan putra mahkota dari tuduhan keterlibatan pembunuhan sang jurnalis.

Di sisi lain, Majalah Newsweek kembali menampilkan artikel lama yang ditulis oleh Jamal Khashoggi tentang Putra Mahkota. Jurnalis tersebut mengatakan bahwa Muhammed bin Salman tak ubahnya pemimpin suku kuno (yang brutal).

Perlu diketahui, Muhammed bin Salman membentuk unit khusus untuk mengamati media sosial, terutama twitter sejak tahun 2010. Siapapun yang kedapatan  berkicau buruk tentang dia, pasti ditangkap.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun