Hiruk politik di Indonesia seringkali menutupi kenyataan yang ada di hadapan kita. Betapa kita dibutakan oleh kebiasaan buruk mencari-cari kesalahan orang lain. Padahal orang itu juga memiliki kelebihan yang membuat dia menonjol atas sekelilingnya.
Begitu pula dengan Anies Baswedan. Terlepas dari masalah partai-partai yang mendukungnya, sebenarnya Anies memang pantas dan layak sebagai pemimpin. Ia tidak larut dalam politik pragmatis, tetapi berusaha menyelesaikan amanah yang berada di pundaknya.
Kalau saja Anies mengincar kekuasaan, ia bisa menerima tawaran Prabowo Subianto untuk menjadi Cawapres. Dengan pertimbangan yang matang, Anies menolak tawaran tersebut dan memilih tetap menjabat sebagai Gubernur DKI. Karena itulah tawaran dialihkan kepada Sandiaga Uno.
Dalam hal ini Anies memberikan teladan sebagai pemimpin, bahwa dia tidak mudah goyah oleh godaan kekuasaan. Ia bukan kutu loncat. Anies adalah orang yang setia. Terutama setia kepada warga DKI yang memilihnya.
Sebagai seorang yang berpengalaman menjadi guru atau pengajar, Anies berusaha menjaga kepercayaan masyarakat. Ia tidak memikirkan keuntungan diri sendiri. Anies harus memikirkan kelangsungan program untuk menyejahterakan masyarakat ibukota.
Tugas dan tanggung jawab Anies memang sangat berat. Mewujudkan semua program yang telah dirancang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jangka waktu setahun belum cukup untuk melihat keseluruhan hasil kerja Anies.
Namun sebagai Gubernur DKI Jakarta, sudah tentu Anies ingin memenuhi janjinya semasa kampanye dulu. Ia bekerja keras agar dapat membuat ibukota menjadi lebih baik. Bukan hanya kepada warga Jakarta, tapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Anies adalah seorang muslim yang taat. Ia tahu janji adalah hutang yang kelak dipertanggung-jawabkan pula di akhirat. Anies berbuat semaksimal mungkin  untuk membayar hutang janji-janji tersebut. Meski dia harus jatuh bangun karenanya.
Masih ingat bagaimana pantun yang dilantunkan Anies ketika baru dilantik? Pantun satu bait itu berbunyi " Cuaca hangat di Ciracas, tidur pulas di Pondok Indah. Mari berkeringat bekerja keras, tulus ikhlas tunaikan amanah".
Nah, Anies tidak sekedar berslogan melalui pantun. Orang-orang di sekitarnya tahu bagaimana Anies 'jungkir balik' agar dapat memenuhi janji, serta  untuk menunaikan amanah yang diemban.
Bekerja dalam senyap, begitulah yang dilakukan oleh Anies Baswedan.  Ada  program yang dahulu dihujani kritik, ternyata sudah berhasil dia buktikan. Sebelum pemerintahannya berjalan satu tahun, ia menyelesaikan beberapa target.