Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Awas, Jangan Sampai Bantuan Luar Negeri Dijarah Koruptor

2 Oktober 2018   20:30 Diperbarui: 2 Oktober 2018   20:47 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kondisi masjid terapung di Palu setelah tsunami (dok.ACT)

Kita cukup lega dengan adanya negara-negara lain yang menyatakan keprihatinannya terhadap bencana alam yang melanda Indonesia. Mereka berjanji memberikan bantuan secepat mungkin baik dalam bentuk dana, sandang, pangan maupun peralatan yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Negara-negara yang sudah berkomitmen antara lain; Inggris akan memberikan bantuan senilai 2 juta Poundsterling atau setara dengan 35,1 Milyar Rupiah. Inggris juga mengirimkan kapal pengangkut Hans Albion dan Aragyll karena mengetahui betapa sulitnya akses darat dan udara.

Kemudian Uni Eropa menyiapkan bantuan sebesar 1.5 juta Euro atau sama dengan 26 Milyar Rupiah. Uni Eropa lebih menekankan pada bantuan pangan karena melihat masyarakat Palu dan Donggala yang kelaparan.  Hal ini dikatakan Komisioner Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis UE, Christos Stylianedes.

Korea Selatan juga tidak ketinggalan, menggelontorkan bantuan senilai 1 juta Dolar AS atau setara dengan 15 Milyar Rupiah. Sedangkan Australi berjanji memberikan dana sebesar 500 000 Dolar Australia atau sama dengan 5.4 Milyar Rupiah. Donald Trump, Presiden Amerika Serikat juga berniat mengirimkan bala bantuan.

Negara tetangga Indonesia juga bersiap membantu. Misalnya Malaysia, yang akan menyumbang sekitar 500 000 Ringgit atau senilai dengan 1.8 Milyar Rupiah. Begitu pula Thailand dan  Singapura. Negara-negara lainnya adalah Jepang, India, Cina, Selandia Baru, Arab  Saudi, Qatar, Hungaria, Norwegia, Ceko, Swiss dan Perancis.

Kemungkinan besar negara-negara yang akan membantu semakin bertambah, itu berarti kita bisa berharap pemulihan wilayah Donggala dan Palu segera terlaksana.  Apalagi negara-negara maju mempunyai peralatan modern yang dapat bekerja lebih cepat.

Namun ada yang harus kita waspadai, yaitu celah untuk melakukan korupsi. Negeri ini adalah negeri koruptor. Jumlah bantuan yang begitu besar tentu akan membuat mata koruptor terbelalak dan 'ngiler'.  Mereka akan berusaha dengan segala cara untuk mengakali sebagian bantuan tersebut.

Kita bukannya bermaksud su'udzon terhadap pejabat. Tetapi fakta membuktikan bahwa korupsi terjadi pada penyaluran dana bantuan untuk Lombok waktu itu. Meski pejabat terkait sudah ditangkap. Hal itu tak menjamin bahwa koruptor tidak mengincar dana bantuan luar negeri yang sangat besar.

Koruptor pasti gelap mata, kehilangan nalar, tidak berpikir soal aman tidaknya. Bagi mereka yang penting bisa mendapatkan kekayaan yang tak terduga, yang tiba-tiba lewat di depan mata. Mereka tidak pernah memikirkan nasib rakyat yang menderita akibat bencana alam.

Karena itu saya berharap bahwa ada pengawasan yang sangat ketat terhadap penyaluran bantuan dari luar negeri ini. Mungkin melalui tim khusus KPK ataukah ada komisi independen yang dibentuk secara selektif. Tim ini harus bekerja secara transparan dan melaporkan hasilnya secara berkala.

Sebab, jika ada kebocoran sehingga dana bantuan bisa dikorupsi, kita akan menanggung beberapa akibat, sbb:

Pertama adalah rasa malu yang luar biasa kepada dunia internasional, khususnya negara-negara pemberi bantuan. Kita memberi citra buruk sebagai negara yang tidak bisa dipercaya. Lain kali mungkin mereka tidak mau memberi bantuan lagi.

Kedua, masyarakat korban bencana alam gempa, tsunami dan tanah ambles ini semakin menderita. Sudahlah mereka kehilangan seluruh harta dan keluarga, mereka akan kelaparan, tidak mempunyai tempat bernaung dan penyakit mengintai setiap saat.

Ketiga, pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang dibutuhkan rakyat berjalan lambat. Padahal beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit dan  sekolah harus segera didirikan. Begitu pula jalan-jalan penghubung kota dan provinsi yang rusak berat untuk menunjang perekonomian.

Keempat, korupsi dana bantuan akan menghilangkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Dan ini bisa berdampak pada pemilihan umum yang kelak akan digelar tahun depan. Jika keikutsertaan rakyat pada pemilu menurun drastis, pemerintahan menjadi tidak berwibawa.

Kelima, dampak ekonomi dari korupsi dana bantuan justru bisa meningkatkan inflasi di dalam negeri. Dan ini akan memengaruhi stabilitas ekonomi yang sudah susah payah dipertahankan. 

Mudah-mudahan semua pihak terkait aware terhadap masalah ini. Maklum korupsi telah menjadi penyakit turunan, mendarah daging selama beberapa generasi. Kalau dibiarkan terus menggerogoti negeri ini, apa jadinya masa depan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun