Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Romantika Sejarah Saidjah dan Adinda, Diabadikan di Museum Multatuli

1 Oktober 2018   20:59 Diperbarui: 1 Oktober 2018   21:31 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saya dan Multatuli (dok.pri)

Saya dan Adinda menunggu (dok.pri)
Saya dan Adinda menunggu (dok.pri)
Saidjah terlalu larut dalam kesedihan, bertingkah seperti orang gila. Ia menyanyi sendiri di rumah Adinda yang ditinggalkan penghuninya. Kelalaian itu berakibat fatal.

Tentara Belanda berhasil menemukan persembunyian keluarga Adinda dan teman-teman lain yang bergerilya. Mereka menembak  para pejuang tersebut hingga tewas di tempat. Nyawa Adinda melayang, tubuhnya terbujur kaku di samping jenazah ayahnya.

Saidjah datang terlambat. Ia menangis melihat sang kekasih pergi untuk selamanya. Kain yang dibeli untuk pernikahan mereka, diselimutkan ke tubuh Adinda.

Saidjah mengamuk kepada tentara Belanda yang membunuh kekasihnya. Ia menembaki pasukan Belanda sejadi-jadinya. Setelah itu Saidjah bunuh diri dengan menggunakan sebuah bayonet yang ditikamkan ke dadanya.  Ia tewas menyusul Adinda.

Kisah cinta yang tragis ini kemudian diabadikan di museum Multatuli Rangkasbitung, Lebak.  Ada sebuah perpustakaan yang diberi nama  Perpustakaan Saidjah dan Adinda.  Di sisi kiri museum terdapat beberapa patung yang menggambarkan kisah tersebut.

Patung utama adalah patung Multatuli yang sedang membaca buku di perpustakaan. Beberapa meter di sebelah kanan ada patung Adinda yang sedang menunggu kedatangan Saidjah. Sedangkan patung Saidjah ada di bawah, di kiri depan patung Multatuli.

Saya pun akan merasakan penderitaan yang sama jika saya menjadi Adinda. Sungguh kejam para penjajah, baik itu orang Belanda ataupun dari pribumi yang membantu mereka.  Orang-orang yang haus kekuasan dan tak peduli pada nasib orang lain.

saya dan Multatuli (dok.pri)
saya dan Multatuli (dok.pri)
Note: Terima kasih untuk sahabat DC Aryadi dan kang Hendra yang telah banyak membantu kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun