Qatar tidak berkutik terhadap keinginan Amerika Serikat dan sekutunya karena beberapa alasan. Pertama, karena negeri ini masih trauma ketika diboikot dan diblokade oleh Amerika Serikat.Â
Walau mereka masih bertahan karena perekonomian yang kuat, tetapi kuatir juga lama kelamaan blokade itu berpengaruh terhadap pemasukan negeri itu.
Alasan kedua, kalau Qatar tidak mau mengikuti perintah, maka Amerika Serikat dan sekutunya akan menyerang Qatar. Arab Saudi sudah terang-terangan menyatakan akan menyerang Qatar jika tidak mau bergabung dengan mereka untuk mendukung serangan ke Suriah. Emir Qatar kuatir negerinya akan bernasib seperti Yaman.
Alasan ketiga, ada pangkalan militer Amerika Serikat di Qatar, yang merupakan perjanjian di masa lalu ketika Qatar masih bergabung dengan Arab bersatu. Qatar mengamankan kepentingannya dalam perdagangan gas dan minyak yang juga terikat perjanjian dengan Amerika Serikat dan  sekutunya. Â
Dalam hal ini termasuk perebutan jalur gas dan minyak dengan Iran yang menjadi musuh bebuyutan sekutu.
Tunduknya Yordania dan Qatar dalam kehendak sekutu memperlancar rencana negara-negara Barat untuk segera menguasai wilayah Timur tengah. Tidak akan lama lagi Yerusalem Timur menjadi milik Israel sepenuhnya. Dan dalam waktu singkat, serangan-serangan ke Suriah pun akan kembali berkobar. Timur Tengah di ambang kehancuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H