Tiga tahun kemudian, Kartono mendirikan rumah penyembuhan di Bandung dengan nama Darussalam yang artinya tempat yang damai. Secara menakjubkan ia memperlihatkan kemampuan supranatural dengan menyembuhkan orang sakit. Â Kartono hanya meletakkan tangannya ke dahi pasien. Lantas dalam waktu yang tidak terlalu lama, pasien akan sembuh.
Banyak pasien yang datang berobat kepadanya, termasuk orang-orang Belanda dan teman-teman pergerakan. Ia menjadi orang yang sangat disegani sebagai ahli kebatinan. Namun di awal pendudukan Jepang, kesehatannya mulai menurun, perlahan separuh badannya menjadi lumpuh. Kartono lalu meninggal pada tanggal 8 Februari 1952.
Kartono dimakamkan di  Sedomukti, desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah. Di nisannya tertulis "Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji,  nglurug tanpa bala, menang tan ngasorake"  yang artinya kaya tanpa harta, sakti tanpa jimat/mantra, menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan). Begitulah sosok Kartono yang sesungguhnya, memiliki banyak kelebihan tanpa menjadi sombong.
Sumber: Historia, Arsip Nasional, Good News From Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H