Setiap tahun orang yang melakukan perjalanan dengan pesawat semakin meningkat. Bahkan bagi sebagian masyarakat, pesawat menjadi kendaraan sehari-hari seperti bus dan Commuter Line karena  mobile mereka yang sangat tinggi. Biasanya mereka adalah pebisnis, dosen 'terbang' dan para wisatawan atau traveller. Mereka bisa pergi pagi dan kembali pada sore hari.
Menjadi penting untuk memastikan bahwa perjalanan ke bandara tidak terhambat oleh apapun. Masalahnya, kita tahu bahwa hidup di ibukota harus menanggung resiko macet di jalan raya. Terlalu banyak kendaraan yang tumpah ruah, terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari. Padahal kalau urusan mengejar pesawat, kemacetan tidak bisa ditolerir.
Bila pesawat yang kita naiki berangkat dari bandara Soetta, maka kita harus melewati  kemungkinan  dihadang macet dari Grogol ke arah bandara.  Biasanya dahulu saya menggunakan bus Damri yang langsung berangkat dari Depok menuju Bandara. Tapi berangkat dari rumah minimal empat  jam sebelumnya, untuk mengantisipasi kemacetan menuju bandara.
Pernah pada suatu ketika, di jalan tol menuju bandara ada kecelakaan yang menyebabkan kemacetan yang sangat panjang. Akibatnya saya terlambat ketika tiba di bandara Soetta, pesawat sudah berangkat. Saya terpaksa menunggu pesawat berikutnya dengan membeli tiket lagi karena hanya diganti 10%. Saya rugi waktu, tenaga dan uang.
Kehadiran kereta ini membawa angin segar bagi para pengguna pesawat yang sering terburu-buru. Sejak Januari hingga akhir Maret, jumlah penumpangnya semakin bertambah. Bagaimana tidak, naik kereta ini anti macet, melaju dengan mulus menuju bandara Soekarno Hatta. Dengan fasilitas yang nyaman sekelas dengan pesawat, naik kereta ini sungguh membuat ketagihan.
Untuk sementara, kereta ini berangkat dari stasiun Sudirman Baru, yang lokasinya hanya sekitar 50 meter dari stasiun Commuter Line  Sudirman lama. Kita tinggal jalan kaki saja menuju stasiun ini.  Berbeda dengan stasiun Commuter Line, Stasiun ini sangat megah dan indah. Kita harus naik dulu melalui elevator  dari basement  ke ruang tunggu di lantai satu.
Nah, semenjak minggu terakhir bulan Maret, ada gerbang khusus Danamon lho. Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi nasabah bank Danamon yang menjadi pengguna kereta bandara. Aplikasi Danamon Online Banking   memudahkan mereka untuk membeli tiket.
Saya naik kereta bandara lagi pada hari Jumat, tanggal 30 Maret yang lalu. Saya ambil jadual kereta bandara 13.50 berangkat dari stasiun Sudirman Baru. Kali ini saya tidak sendiri, tetapi bersama seorang teman perempuan bernama Dessy. Kami tiba di stasiun hampir bersamaan. Â Tapi saya sholat di lantai dua, sedangkan Dessy di lantai satu.
Kereta pun datang dengan anggun. Ternyata gerbong Danamon merupakan gerbong kedua dari depan. Kami langsung mengenalinya karena warnanya yang cantik, perpaduan kuning dan jingga. Gerbong itu juga berhiaskan gambar-gambar destinasi wisata dari seluruh dunia seperti menara Eiffel di Paris, Perancis.
Ada tempat untuk bagasi di ujung gerbong. Nah, kalau yang membawa tas besar atau koper, lebih baik diletakkan di sini, aman dan tidak mengganggu. Deretan kursi yang nyaman bisa membuat kita jatuh tertidur. Maklum jenis kursinya mirip yang digunakan di dalam pesawat. Bahkan di sela-sela kursi, tersedia colokan kabel untuk USB. Lumayan bisa mengisi baterai handphone jika sudah lemah.
Tak terasa tahu-tahu ada pemberitahuan bahwa kami sudah tiba di stasiun bandara Soetta. Kami harus turun. Jika mau kembali  naik kereta ini, harus beli tiket  di vending machine. Atau juga bisa beli tiket pulang pergi melalui Danamon e-banking. Kebetulan saya dan Dessy tidak langsung membeli tiket. Kami bermaksud melihat-lihat dulu suasana stasiun bandara.
Stasiun bandara lebih mewah dan elegan dibandingkan dengan stasiun  Sudirman Baru. Jangan kaget jika petugas yang melayani ganteng dan cantik seperti pramugara/pramugari. Memang standarnya demikian untuk kelas internasional. Tempat informasi dan Customer Service-pun  menggunakan desain mirip di bandara.
Kami naik dari stasiun bandara menuju terminal dua dan tiga. Sedangkan kalau terminal satu harus berbalik arah. Hanya lima menit, kereta layang itu sudah sampai. Para penumpang yang bergegas turun langsung menuju terminal keberangkatan pesawat. Saya baru memperhatikan bahwa ruang kemudi sky train hanya dibatasi sekat tali merah dan dijalankan oleh seorang petugas.
Karena kami tidak melakukan perjalanan dengan pesawat, maka kami balik lagi ke stasiun bandara dengan sky train yang berbalik arah. Penumpang mengalir dengan cepat sehingga sky train selalu penuh. Â Namun mereka tampak menikmati kenyamanan yang dapat dirasakan di sky train ini meski hanya beberapa menit.
Turun ke stasiun bandara, saya dan Dessy menunaikan shalat Ashar dahulu. Setelah itu baru membeli tiket dengan menggunakan vending machine. Tak berapa lama, kereta bandara pun kembali datang. Kami segera naik dan melaju ke stasiun Sudirman Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H