Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tingginya Antusiasme WNI di Festival Imigrasi

22 Januari 2018   18:41 Diperbarui: 23 Januari 2018   18:34 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
resi pembayaran e-passport (dokpri)

Antrean mulai bergerak ketika tenda dibuka dan petugas membagikan map kuning dengan logo imigrasi. Meski begitu tetap saja pergerakan itu sangat lambat. kami maju hanya semeter-semeter saja. Alhasil berjam-jam berdiri, kaki terasa menjadi kaku dan kram. Untuk mencapai tenda, dibutuhkan waktu sekitar tiga jam. Bayangkan betapa pegalnya kaki ini berdiri. Untung cuaca cukup bersahabat, tidak panas, juga tidak hujan.

Antrean bertambah panjang, masih saja banyak orang yang datang. Ini sih sudah jelas melebihi kuota yang ditetapkan. Saya dengar dari petugas, kalau kuota ditambah menjadi 2000 orang. Tetapi, orang yang datang melebihi ekspektasi. Ketika antrian saya mulai mendekati tenda, ada sedikit kekisruhan. Petugas membubarkan antrean orang-orang yang sudah tidak kebagian kuota. Mereka marah dan protes, berusaha merangsek ke depan.

Sekitar pukul 10.00 barulah saya kebagian masuk tenda, mendapat map berisi formulir. Saya duduk menginistirahatkan kaki sambil mengisi fromulir. Tidak banyak berkas yang saya masukkan, karena untuk memperpanjang hanya dibutuhkan e-KTP dan passport lama. Saya kebagian jatah di imigrasi Tanjung Priok.

antrian wilayah Tanjung Priok (dok.pri)
antrian wilayah Tanjung Priok (dok.pri)
Setelah mengisi berkas, kemudian dipanggil beberapa orang, masuk kembali antrean di dalam tenda. Pemanggilan ini tidak bisa sekaligus banyak, hanya lima orang, karena proses di dalam juga membutuhkan waktu. Untung di dalam tenda disediakan kursi-kursi untuk orang yang mengantre, sesuai dengan wilayah yang di dapatnya. Saya berada di bagian antrean Tanjung Priok.

Saya mendapat nomor 108. Setelah dipanggil, saya menyerahkan formulir dan berkas persyaratan, yaitu fotokopi e-KTP dan passport lama beserta aslinya. Kemudian petugas mencari data saya di komputer dan dicocokkan. Setelah semuanya klop, barulah saya dipersilakan menuju antrean untuk foto wajah dan sidik jari. Proses yang saya jalani relatif lebih singkat dibandingkan dengan pembuatan passport baru.

Lalu saya pindah ke bagian antrean tersebut. Di sini waktu yang dibutuhkan cukup lama karena untuk memotret dan merekam sidik jari harus dilakukan dengan seksama. Apalagi terhadap orang-orang yang belum pernah memiliki passport, mereka mendapat pertanyaan yang lebih mendetil. Ada yang lebih dari setengah jam per orang.

antrian foto dan sidik jari (dok.pri)
antrian foto dan sidik jari (dok.pri)
Saya mulai merasa pusing. di luar tadi saya berdiri lebih dari tiga jam. Sedangkan di dalam tenda ini, waktu sudah menunjukkan pukul 12 lebih dan saya belum dipanggil. Udara di dalam tenda terasa pengap karena jumlah standing AC tidak sebanding dengan jumlah manusia yang berada di dalamnya.

Saya pun membunuh waktu dengan berbincang-bincang bersama orang-orang yang berada di sebelah menyebelah. Kalau orang tua, yang berjilbab dan berkopiah, tujuannya membuat e-passport adalah karena mau melaksanakan ibadah umroh. Namun kalau anak-anak muda, ada yang melanjutkan studi ke luar negeri dan ada yang hanya jalan-jalan saja. Saya pikir, kalau berada di sini tak tampak orang Indonesia yang miskin.

Akhirnya saya mendapat giliran. Seperti waktu pemeriksaan berkas, proses ini juga tidak begitu lama saya jalani, karena data saya sudah ada di dalam komputer. Petugas tinggal mencocokkan saja, lalu mengambil foto terbaru dan identifikasi sidik jari. Setelah itu saya mendapat formulir untuk membayar biaya e-passport di antrean sebelah.

Kemudian saya mengantre lagi untuk yang terakhir. Proses pembayaran bisa secara tunai dan juga bisa menggunakan nontunai. BNI memberi fasilitas bagi yang membayar nontunai, dengan kartu bank apapun. Lebih cepat antrean nontunai daripada antrean secara tunai. Saya memilih nontunai meski juga membawa uang cash. E-passport ini baru bisa diambil tanggal 30 Januari.

resi pembayaran e-passport (dokpri)
resi pembayaran e-passport (dokpri)
Keluar dari tenda dengan menarik nafas lega. Waktu telah menunjukkan pukul satu siang. Satu hal yang langsung dilakukan adalah mencari toilet. Maklum selama berjam-jam mengantre, harus menahan diri untuk tidak ke toilet karena antrean bisa beralih kepada orang lain. Matahari mulai menunjukkan keperkasaannya, bersinar terik di seluruh kawasan Monas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun