Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memeringatkan Amerika Serikat yang merekrut tentara dari Suku Kurdi untuk membantu perang di Suriah. Hasil pantauan intelejen Turki, mereka bergabung dengan pasukan Amerika Serikat dan diberi persenjataan lengkap. Padahal, oposisi dari suku Kurdi tengah merongrong pemerintah Turki dan terlibat dalam kudeta 2016.
Suku Kurdi adalah masyarakat yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya mereka tinggal di wilayah perbukitan dan menjalani hidup yang 'lebih primitif' dalam dunia modern ini. Mereka menganggap dirinya sebagai kaum yang termarginalkan, karena kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
Suku Kurdi menempati wilayah perbatasan beberapa negara di Timur Tengah, khususnya wilayah Teluk Persia. Jadi, kita bisa menemukan mereka di wilayah perbatasan Turki, Iran, Irak dan Suriah. Mengapa mereka bisa sekaligus berada di beberapa negara? Kalau kita tengok dari sejarahnya, pada zaman dahulu kala, negara-negara tersebut masih menjadi satu.
Masalahnya, suku ini cenderung fanatik dan radikal, apalagi mereka merasa dianaktirikan di masing-masing negara yang mereka tinggali. Suku Kurdi sulit untuk berkompromi dengan peraturan dan undang-undang yang dijalankan negara tersebut. Mereka senang menjalankan aturannya sendiri, yang dianggap menguntungkan bagi suku tersebut.
Maka suatu dilema bagi negara itu bagaimana memperlakukan Suku Kurdi. Mereka tidak patuh pada ketentuan negara, tetapi kalau tidak diperhatikan suku ini akan menimbulkan keresahan. Ketika Irak masih berada di bawah kepemimpinan Saddam Hussein, Suku Kurdi di negara ini sudah senang memberontak, ingin mendirikan negara sendiri. Hingga tahun lalu, mereka berhasil melaksanakan referendum.
Begitu pula yang terjadi di perbatasan Iran, Suriah dan Turki. Mereka tidak pernah merasa dan berperilaku sebagai warga negara, tetapi menganggap dirinya orang luar. Ironinya, mereka berusaha mengklaim wilayah yang mereka tinggali sebagai milik suku Kurdi.
Dengan karakter seperti itu maka suku Kurdi mudah dihasut dan diprovokasi negara adidaya untuk menjadi duri dalam daging di negara-negara tersebut. Amerika Serikat mendorong dan mendanai oposisi yang berasal dari suku Kurdi untuk melawan pemerintahan yang sah. Â Amerika Serikat menggunakan suku Kurdi sebagai kuda tunggangan untuk mengacaukan negara-negara Persia.
Suku Kurdi di Turki, sebagian besar menempati wilayah perbatasan dengan Iran dan Suriah. Jumlah masyarakat Kurdi di Turki paling banyak bila dibandingkan dengan Iran, Irak dan Suriah. Â Dengan jumlah yang cukup besar itu, mereka cukup percaya diri membentuk partai opisisi di Turki, yang dan berafiliasi dengan kelompok YPG (kelompok perlindungan Kurdi di Suriah).
Sebagaimana suku Kurdi di Irak, Iran dan Suriah, masyarakat Kurdi di Turki masih menyimpan cita-cita untuk mendirikan negara sendiri. Namun hal ini tidak mungkin untuk dilakukan. Â Pemerintah Turki tentu tidak ingin ada negara dalam negara. Suku Kurdi mendiami wilayah Turki, dan menjadi otoritas Turki.
Sebenarnya tidak ada alasan yang kuat jika suku Kurdi di Turki ingin mendirikan negara sendiri. Pemerintah Turki, di bawah kepemimpinan Erdogan telah berusaha memajukan semua rakyatnya tanpa kecuali. Infrastruktur dan fasilitas juga dibangun secara lengkap di provinsi-provinsi yang berada di perbatasan. Mereka cukup sandang dan pangan.
Namun karena ada provokasi dari Amerika Serikat dan sekutunya yang berkepentingan menguasai Timur Tengah, maka suku Kurdi bergejolak menuntut kemerdekaan. Pada tahun lalu diadakan referendum, tetapi ternyata partai Kurdi mengalami kekalahan. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat Kurdi telah mendukung pemerintahan Erdogan.