"Jangan keras-keras Te, sakit nih," keluh keponakan saya.
"Ini kan pelan-pelan. Terasa sakit itu membuktikan bahwa badan kamu memang sakit. Kalau tidak sakit, maka dikeroki juga tidak severapa sakit," jelas saya.
Setelah selesai, saya suruh di berkaca, melihat punggungnya sendiri. Dia kaget melihat bilur-bilur merah gelap hasil kerokan.
"Wah, item-item begini ya Te," komentar keponakan saya.
"Ya, itu tandanya masuk angin kamu sudah parah. Sekarang lebih baik kamu tidur,"
Tak berapa lama dia pun tertidur pulas, sangat nyenyak. Ia baru terbangun menjelang adzan Lohor.Â
"Bagaimana rasanya sekarang?" tanya saya.
"Udah gak pusing lagi, Te. Badan rasanya enak, enteng," katanya.
Setelah sholat, ia berkemas-kemas. Menyiapkan tas kuliah dan mengenakan sepatu.
"Kamu mau kuliah? katanya izin dulu karena sakit," sergahku.
"Aku dah gak apa-apa kok Te. Rasanya udah sehat lagi. Sayang kalau nggak masuk, soalnya mau ujian,"