Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kerokan, Aman dan Nyaman untuk "Kids Zaman Now"

26 November 2017   17:09 Diperbarui: 26 November 2017   17:18 1888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
balsem Lang, modal kerokan (dok.pri)

"Jangan kerokan, kulitnya nanti makin tipis," kata keponakan saya yang termasuk generasi Z, kids zaman now.

"Siapa bilang? itu hanya mitos," bantahku.

Yup, kids zaman nowmemang tidak suka kerokan.  Ekspresi mereka ketika melihat orang kerokan seperti melihat benda-benda museum, kelihatan kuno dan geli.  Sesuatu yang tidak ingin mereka coba atau lakukan. Bagi kids zaman now, kerokan adalah milik orang tua zaman dulu ketika masih miskin. Sekarang kan gampang beli obat atau ke dokter.

Saya, yang merupakan bagian dari kids zaman oldadalah penggemar kerokan sejati, pantang minum obat kalau tidak terpaksa. Saya adalah orang yang menhindari urusan ke dokter dan sejauh mungkin dari rumah sakit. Seumur hidup, rasanya baru dua kali dirawat di rumah sakit. Pertama karena kecelakaan hingga patah tangan, dan kedua karena terkena DBD dan Tifus.

Sejak kecil, keluarga saya yang tinggal lama tinggal di Yogyakarta menerapkan kerokan sebagai pengobatan keluarga, sebagaimana orang Jawa lainnya. Dahulu kami kerokan dengan menggunakan uang Benggol (uang peninggalan zaman Belanda-ORI) yang ada lubang di tengahnya, terbuat dari kuningan. Uang itu paling pas untuk kerokan.

Formula untuk kerokan, hanya minyak klenthik yang dicampur dengan irisan bawang merah. Ramuan ini memberi efek khasiat hangat meski agak berbau. Kerokan berfungsi membuka pori-pori dan bawang merah berfungsi mengobati. Bertahun-tahun kami menggunakan formula ini hingga balsem  mulai naik daun sebagai obat gosok.

Setelah balsem semakin dikenal masyarakat, balsem menjadi bahan utama untuk kerokan, walau masih bisa menggunakan bahan lainnya seperti minyak kayu putih atau minyak tawon. Balsem sangat mudah didapat, bukan hanya ada di toko obat atau apotik, tetapi juga di warung-warung kecil yang pada umumnya menjual rokok. Terutama Balsem Lang yang tersedia juga dalam bentuk kecil dan harganya sangat terjangkau.

ilustrasi kerokan (dok.pri)
ilustrasi kerokan (dok.pri)
Mengapa masyarakat sangat menyukai kerokan? pertama praktis dan mudah. KIta tidak perlu keluar rumah, cukup masuk kamar, siapkan uang untuk kerokan serta balsem. Kedua, kerokan adalah pengobatan dengan biaya paling murah. Bahkan lebih murah dari sebutir obat yang banyak beredar dalam bentuk satu kaplet isi empat butir.

Kalau kita membeli satu balsem, bisa digunakan puluhan kali. Selesai pemakaian, tutup baik-baik dan disimpan di lemari.  Sedangkan kalau minum obat, satu butir belum tentu cukup, bisa dua atau tiga kali lagi. Jika sakit berlanjut, hubungi dokter (begitulah pesan dalam kemasan obat tersebut). 

Ketiga, hasilnya bisa langsung dirasakan. Setelah selesai kerokan, balsem meresap ke dalam tubuh, mengobati yang sakit dan menghangatkan. Secara berangsur-angsur angin keluar dari pori-pori yang telah terbuka, rasa ngilu pun kemudian menghilang. Pusing di kepala terus lenyap dan tubuh terasa ringan. 

Hasil kerokan, tergantung parahnya 'masuk angin' di tubuh kita. Kalau hanya pink, berarti tidak parah. Kalau merah terang cenderung gelap, berarti masuk angin cukup parah. Sedangkan jika sampai kehitaman atau ungu, berarti masuk anginnya sangat parah. Tubuh yang paling banyak mengandung angin, akan terasa lebih sakit ketika dikeroki, dan hasilnya semakin gelap.

Selama puluhan tahun menjalani hidup, saya tahu kalau tubuh terserang masuk angin. Badan meriang, kepala pusing dan ngilu-ngilu di punggung dan beberapa tempat lain. Biasanya saya kerokan pada malam hari, sebelum tidur. Balsem yang meresap terasa krenyes krenyes menembus kulit dan mengobati ngilu, seperti dipijat dan dihangatkan sekaligus. Saya pun bisa tidur nyenyak.

Keampuhan kerokan ini yang kurang dimengerti oleh kids zaman now. Keponakan saya sering menolak jika saya tawarkan kerokan saat dia merasa pusing dan tidak enak badan. Orang tuanya pun sering memanjakan dengan pergi ke dokter, padahal saya lihat penyakitnya hanya masuk angin. Saking modernnya mereka, kuatir kerokan tidak menyembuhkan penyakit.

Untuk menepis bahwa kerokan adalah pengobatan tradisional yang kurang bisa dipertanggungjawabkan, ada baiknya kita jelaskan penelitian yang dilakukan Prof.DR.Didik Gunawan Tamtomo PAK. MM MKES, guru besar di fakultas kedokteran UNS. Dia adalah satu-satunya ilmuwan yang meneliti tentang kerokan. Beruntung saya bisa mendengar penjelasan beliau di acara Nangkring Kompasiana beberapa waktu yang lalu.

Banyak yang tidak tahu bahwa definisi kerokan ada di Wikipedia, yaitu suatu upaya pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan secara berulang-ulang benda tumpul pada kulit dengan pola-pola tertentu, sehingga terjadi bilur-bilur merah, biasa digunakan uang logam benggol.

Namun ternyata kerokan sebagai obat tradisional, ternyata tidak hanya dilakukan masyarakat Jawa (Indonesia), tetapi juga di negara lain seperti di China (guasha), Vietnam (Goh Kyol) dan Thaolan (Chao Gio). Bedanya, kerokan tidak mutlah menggunakan mata uang, bisa juga dengan alat tumpul lainnya. Bahkan bisa pula dengan batu giok.

Pola kerokan yang seperti tulang ikan, menyentuh titik-titik syaraf (refleksi) yang ada di tubuh kita. Terutama di punggung tengah, terdapat banyak titik syaraf. Saya baru menyadari hal itu. Menurut Pak Didik, tidak ada batasan khusus mengenai kerokan, balita pun bisa diobati dengan cara ini. Hanya saja yang harus diperhatikan, tidak boleh mengerok leher depan karena mengandung banyak pembuluh.

Hasil penelitian Pak didik, tidak ada kulit yang menipis karena kerokan. Pori-pori yang terbuka akan menutup kembali seperti semula setelah rasa sakit berangsur hilang atau anginnya telah keluar. Kerokan mengobati dengan cara; menaikkan kadar Beta Endorfin dan menurunkan kadar prostaglandin. Sedangkan lainnya tidak begitu terpengaruh.

saya dan balsem Lang (dok.pri)
saya dan balsem Lang (dok.pri)
  Kerokan menjadi lebih mudah karena Balsem Lang karena sangat mudah ditemui dan harganya terjangkau.  Saya sih biasa beli di toko obat terdekat. Sesekali bisa beli juga di mini market ketika sekaligus berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Uang yang saya digunakan bukan uang benggol lagi, karena sudah hilang entah kemana. Saya menggunakan uang receh seribu rupiah yang cukup halus untuk kulit.

Enaknya pakai Balsem Lang, sekarang tidak lagi mengeluarkan aroma yang menyengat. Dengan inovasi baru, Balsem Lang sudah tersedia dalam wangi yang kita sukai. Sehingga kalau kita gunakan, orang lain tidak lagi mencium bau obat-obatan, tetapi bau harum dari Balsem Lang. Mereka pun tidak merasa terganggu.

Nah, keponakan saya akhirnya mencicipi juga rasanya kerokan. Dia tak sanggup pergi kuliah karena terasa ngilu di seluruh badan dan kepalanya sangat berat. Saya memaksanya untuk kerokan. Semula dia menolak dan memilih minum sebutir obat. Tapi ternyata pusingnya tak kunjung hilang. Saya lalu memaksanya kerokan.

Sebagai orang yang tak biasa kerokan, pasti merasa sakit ketika uang digoreskan. Tubuh keponakan saya meliuk-liuk saat dikeroki, seperti ulat keket (ulat daun pisang). Gerakannya ini justru menyulitkan orang yang mengeroki.

"Jangan keras-keras Te, sakit nih," keluh keponakan saya.

"Ini kan pelan-pelan. Terasa sakit itu membuktikan bahwa badan kamu memang sakit. Kalau tidak sakit, maka dikeroki juga tidak severapa sakit," jelas saya.

Setelah selesai, saya suruh di berkaca, melihat punggungnya sendiri. Dia kaget melihat bilur-bilur merah gelap hasil kerokan.

"Wah, item-item begini ya Te," komentar keponakan saya.

"Ya, itu tandanya masuk angin kamu sudah parah. Sekarang lebih baik kamu tidur,"

Tak berapa lama dia pun tertidur pulas, sangat nyenyak. Ia baru terbangun menjelang adzan Lohor. 

"Bagaimana rasanya sekarang?" tanya saya.

"Udah gak pusing lagi, Te. Badan rasanya enak, enteng," katanya.

Setelah sholat, ia berkemas-kemas. Menyiapkan tas kuliah dan mengenakan sepatu.

"Kamu mau kuliah? katanya izin dulu karena sakit," sergahku.

"Aku dah gak apa-apa kok Te. Rasanya udah sehat lagi. Sayang kalau nggak masuk, soalnya mau ujian,"

Berangkatlah keponakan saya ke kampus. Alhamdulillah dia tampak sehat dan kuat. Sejak itu kalau merasa pusing dan tidak enak badan, keponakan saya minta dikerokin. Dia tidak mau lagi minum obat. Wah, saya jadi harus sedia Balsem Lang untuk dia. Demi keponakan, maka saya selalu berjaga-jaga dengan persediaan Balsem Lang di rumah.

Balsem Lang ini memang paling tepat untuk kerokan. Bahan-bahannya berkualitas, dijaga standar mutunya. Beberapa bahannya tersedia di dalam negeri, tetapi sebagian masih harus diimpor dari negara tetangga. Untuk lebih jelasnya, kita bisa mengetahui lebih jelas, lihat instagram dari Balsem Lang di Sobat Hangat ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun