Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gema NKRI di Tengah Perkebunan Teh Malabar, Pengalengan

19 Agustus 2017   12:24 Diperbarui: 22 Agustus 2017   14:29 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang nenek bungkuk, nekad naik ke bangku semen (dok.pri)

Betapa kita dibuat penat dan muak oleh tingkah laku politikus yang mencerminkan tipisnya nasionalisme mereka. Kita menjadi pesimis, akankah NKRI bisa bertahan pada masa mendatang. Apalagi dimana-mana ada saja pertikaian dan kekerasan yang bisa menjadi penyebab munculnya disintegrasi bangsa. Apakah persatuan dan kesatuan begitu sulit dijaga?

Namun kekuatiran saya menjadi pupus manakala menyaksikan masyarakat Pangalengan yang begitu antusias mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 72 di tengah perkebunan teh Malabar. Mereka datang berduyun-duyun dengan semangat dan riang gembira Saya takjub melihat orang-orang yang mengalir datang dari semua arah. 

masyarakat yg menonton (dok.pri)
masyarakat yg menonton (dok.pri)
Lapangan ini menampung kehadiran masyarakat dari dua desa, Banjarsari dan Sukamanah. Desa Banjarsari terdiri dari 10 RW, sedangkan desa Sukamanah terdiri dari 23 RW. Kebuh teh Malabar ini berada dalam wilayah desa Sukamanah. Dengan 33 RW, tak heran jika penduduk tak ubahnya massa yang berhimpun dalam satu lapangan. Ada sekitar lebih dari 1300 orang yang datang ke tempat ini.

Sekeliling lapangan dipenuhi masyarakat (dok.pri)
Sekeliling lapangan dipenuhi masyarakat (dok.pri)
Semua orang dari berbagai usia memadati sekeliling lapangan yang begitu luas. Bahkan ada seorang nenek yang nekad naik ke bangku semen dengan dibantu cucunya, agar bisa melihat jalannya upacara, sebab di depan sudah berjubel.Dengan penuh perhatian masyarakat mengikuti jalannya upacara. 

Seorang nenek bungkuk, nekad naik ke bangku semen (dok.pri)
Seorang nenek bungkuk, nekad naik ke bangku semen (dok.pri)
 Mereka menonton tanpa peduli pada sinar matahari yang begitu terang.  Pada waktu upacara berlangsung, mereka tampak bersikap khidmat. Apalagi pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, ada yang ikut menyanyi dan ada yang diam mendengarkan. Mereka senang menyaksikan pasukan pengibar bendera berjalan dengan gagahnya.

Saya terharu melihat mereka. Ah, ternyata gema NKRI masih kuat di wilayah ini. Hanya dengan upacara kemerdekaan saja mereka mampu menyatu dan menunjukkan kecintaan mereka terhadap tanah air Indonesia. Kebanggaan dimulai dari hal-hal yang sederhana, dari tempat yang mereka pijak dan udara yang mereka hirup.

Setelah upacara pengibaran bendera, dilanjutkan dengan devile, atraksi drum band dari para pelajar SMK Pangalengan. Atraksi ini memang tidak semegah dan sehebat marching band sekolah di kota-kota besar. Tetapi masyarakat sudah sangat senang menyaksikannya. Apalagi setelah itu ada pawai yang terdiri dari kendaraan-kendaraan unik, kreasi masyarakat dari perwakilan setiap RW.

Dari sinilah saya dan teman-teman menyadari hakikat dari keberagaman dalam sebuah negara seperti Indonesia. tak salah jika Kompasiana mengajak kami merayakan kemerdekaan Indonesia dalam Keberagaman. Cinta tanah air Indonesia tidak akan terwujud jika kita tidak menghargai keberagaman di antara kita sebagai warga negara Indonesia.

Kiprah BUMN

Upacara kemerdekaan RI ke 72 di lapangan perkebunan Malabar ini adalah terselenggara atas kerjasama beberapa BUMN antara lain;  Bank Mandiri, PT Bio Farma, PTPN VIII dan Perum Jasa Tirta II.  Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmojo bertindak selaku Inspektur Upacara. Hadir pula Deputi Kementrian BUMN, Wahyu Kuncoro.

Dalam kesempatan itu, diberikan bantuan beasiswa kepada sejumlah pelajar berprestasi. Selain pemberian setifikat kepada 27 pelajar SMA/SMK se-Jawa Barat yang telah mengikuti program 'Siswa Mengenal Nusantara' di Bangka Belitung.  Mereka mempelajari budaya dan keindahan di negeri Laskar Pelangi. Wahyu Kuncoro, Deputi Kementrian BUMN yang menyerahkan sertifikat tersebut.

Sementara itu, untuk program kesehatan masyarakat, BUMN juga mengupayakan imunisasi penyakit Hepatitis B yang diadakan di SDN III Sukamanah, yang terletak di pinggir lapangan.  Pada hari itu juga, meski tanggal 17 Agustus adalah tanggal merah, program imunisasi tetap berjalan. Setelah menyaksikan upacara, sebagian masyarakat datang untuk melakukan imunisasi.

Tempat berlangsunya Imunisasi (dok.Kompasiana)
Tempat berlangsunya Imunisasi (dok.Kompasiana)
Bukah hanya itu, program CSR BUMN juga memberikan bantuan secara materiil kepada masyarakat yang membutuhkan. Salah satunya adalah program 'bedah rumah' khusus bagi para veteran di Jawa Barat. Ada 10 BUMN yang turut berpartisipasi dalam program ini. Menurut rencana, sekitar 724 rumah yang masuk ke dalam katagori bedah rumah. Bedah rumah ini memakan biaya sebesar Rp 28 Milyar.

Bank Mandiri bersedia membedah 150 rumah Veteran. Di wilayah Pangalengan saja, sudah enam rumah dibedah. Bank Mandiri dibantu oleh Kodam III Siliwangi dan masyarakat setempat. Kami diajak melihat langsung contoh rumah yang telah dibedah, tak jauh dari perkebunan. Di pemukiman penduduk yang masih masuk wilayah desa Sukamanah.

Rumah yang kami datangi adalah milik Pak Taslim, seorang veteran yang mantan Tentara Pelajar dan Pejuang Kemerdekaan. Pak Taslim masih tampak segar dan sehat pada usia 90 tahun. Ia mengungkapkan kegembiraan dan rasa terima kasihnya kepada Bank Mandiri dan Pemerintah yang memberi perhatian dengan memperbaiki rumahnya.

Pak Taslim, veteran berusia 90 tahun yg dibedah rumahnya (dok.pri)
Pak Taslim, veteran berusia 90 tahun yg dibedah rumahnya (dok.pri)
Sebelum dibedah, rumah Pak Taslim boleh dikatakan hampir roboh, Bentuknya rumah panggung dari kayu yang sudah lapuk dimakan usia. Rumah itu dibedah hanya dalam waktu 8 hari, dengan kesigapan enam orang personel Kodim, dan penduduk setempat yang membantu mengaduk semen dsb. Bedah rumah Pak Taslim menghabiskan biaya RP 40 juta. Selain Pak Taslim, rumah yang telah selesai dibedah adalah rumah Pak Acin, veteran yang berusia 88 tahun. Orang tua yang masih segar dan gagah ini pun masih lancar berbicara ketika ada wartawan TV mewawancarainya.

Masih banyak lagi program-program CSR yang dilaksanakan oleh seluruh BUMN. Namun membangun negeri, bukan hanya tanggung jawab mereka. Kita juga memiliki hak dan kewajiban yang sama. Mari ikut bersinergi bersama mereka, menyumbangkan apa yang kita bisa, sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk tanah air tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun