Keajaiban itu pun terjadi. Tampak ketegangan di wajah Trump mengendur. Â Ia kemudian tersenyum tipis. "Saya kagum pada anda. Bagaimana bisa memengaruhi istri saya supaya bercerai."
"Sebetulnya hal itu manusiawi," jawabku dengan suara setenang mugkin. "Ia membutuhkan kebahagiaan sejati. Selama ini anda tidak pernah memberikannya. Melanie telah sadar kekuasaan dan materi tak dapat membeli kebahagiaan. Anda mengekang dia seperti burung dalam sangkar."
"Saya heran pada anda. Apa anda tidak takut pada saya? Presiden Amerika memiliki kekuaasan  ke seluruh dunia. Saya bisa melenyapkan anda tanpa setahu siapapun."
"Saya hanya takut pada Allah," jawab saya tegas. dan seperti dituntun malaikat, aku  membaca ayat suci yang telah menundukkan Umar bin Khattab.
Subhanallah, aku  melihat Trump tampak gemetar, bibirnya seakan mau bicara tapi tidak jadi. Setelah termangu beberapa saat. Dia lalu berkata,"Maaf, saya harus menahan anda.".
Ia memanggil pengawal dan memerintahkan agar aku dibawa. Trump memberi perintah dengan suara yang kurang jelas. Aku tidak dapat mendengar dengan baik. Kemudian saya dibawa ke sebuah kamar tidur dan dipersilakan  istirahat. Aku jadi terbengong-bengong. Setelah mengunci pintu, aku memeriksa kamar itu. Ternyata sudah lengkap dengan pakaian. Aku bisa berganti baju.
Esok pagi, pengawal mengetuk pintu. Dalam hati aku bertanya-tanya, apa yang akan kualami. Tak disangka, Trump telah menunggu di ruang makan untuk sarapan. Melanie juga ada di sana. Herannya, Melanie tampak gembira. Ia bangkit dan mencium pipiku.
Setelah sarapan selesai. Trump memandangku,"Saya mengabulkan keinginan Melanie untuk bercerai".
Aku ternganga. Haa, apakah aku tidak salah mendengar?
"Dengan satu syarat," lanjut Trump. "Apa itu, Mr Presiden? tanyaku penasaran.
"Anda bersedia menjadi istri saya, menggantikan Melanie?"