Hutan masih cukup lebat, walau tidak selebat dahulu. Kami juga melewati jembatan bambu yang melintasi sungai. Air sungai ini masih jernih, sebagai bukti bahwa tidak ada polusi dari kawasan tersebut. Sungai ini juga memisahkan dua perkampungan Baduy. Kami bersyukur telah tiba di tempat yang tenang itu. Jumah rumah kini bertambah banyak, ada ratusan rumah, sedangkan  bentuknya masih tradisional. Sebagian masyarakatnya masih mengenakan pakaian hitam-hitam seperti dulu, dan yang perempuan masih memakai kemben. Namun sebagian lagi sudah ada yang berpakaian modern, mengenakan celana pendek dan kaos.
[caption caption="sungai jernih tanpa polusi (dok.pribadi)"]
Karena saat itu siang hari, kebanyakan yang kami temui adalah perempuan dan anak-anak. Kaum laki-laki, seperti biasa masih berada di kebun untuk mengurus tanamannya. Pada umumnya yang mereka tanam adalah jenis umbi-umbian seperti singkong dan ubi. Â Hasil tanaman tersebut yang menjadi sumber mata pencaharian mereka yang utama. Dan ternyata, mereka masih menganut kepercayaan yang lama.
Ada beberapa perubahan lain. Kami mendapati sebuah warung kecil yang menjual makanan ringan yang disukai anak-anak dalam kemasan modern seperti sejenis Chicky dan makanan-makanan lain. Â Uniknya, ada pula yang berjualan baju kaos. Rupanya, ketika ada yang keluar dari perkampungan, sengaja membeli baju kaos dalam jumlah yang agak banyak untuk dijual lagi. Ini bisa menambah penghasilan mereka.
[caption caption="kaos yang dijjual warga Baduy luar (dok.pribadi)"]
Namun kerajinan tangan tidak ditinggalkan. Justru dengan adanya paket-paket wisata, maka kerajinan tangan menjadi souvenir yang sangat diminati para turis. Tas berbentuk jaring ikan sudah ada dalam berbagai ukuran, harganya pun disesuaikan. Begitu pula dengan tas unik yang terbuat dari tempurung kelapa, masih menjadi buah tangan utama. Mudah-mudahan mereka bisa menikmati hasil dari perkembangan ini.
Perubahan Baduy hanya terbatas pada masalah fisik saja, hanya pada kulitnya saja. Tetapi mereka masih mengusung kearifan lokal dimana hutan tidak boleh dirusak agar keseimbangan alam tetap terjaga. Masyarakatnya pun masih merupakan suku yang ramah dan halus. Meski sebagian sudah dapat menikmati bangku sekolah, terutama anak laki-laki. Mudah-mudahan kedamaian juga masih bisa dipertahankan, setidaknya untuk satu dasawarsa mendatang. Semoga.
 [caption caption="jembatan bambu untuk menyeberang sungai (dok.pribadi)"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H