Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Lebaran di Turki

23 Juli 2015   22:28 Diperbarui: 23 Juli 2015   22:28 1797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami mengambil tempat di tengah-tengah taman dimana ada beberapa buah bangku atau tempat duduk. Beberapa 'ibu-ibu' (perempuan Indonesia yang telah menjadi penduduk sana dan menikah) mengeluarkan bekal yang dibawa. Ada yang membawa nasi, dan ada yang membawa lauk pauk serta buah-buahan. Semua digelar di atas meja taman. Kami makan beramai-ramai menikmati masakan mereka. Teman mahasiswa sangat antusias menyantap masakan tersebut, mereka jarang membuat masakan ala Indonesia. Ini kesempatan untuk melepas kangen pada menu dari tanah air.

Usai makan-makan, kami bercanda ria. Teman-teman mahasiswa tanpa malu-malu menyanyi keras-keras lagu Indonesia. Keriuhan ini mengundang perhatian banyak orang. Mereka berhenti untuk menyaksikan tingkah polah mereka. Bahkan ketika kami berfoto-foto, ada orang Turki dan turis dari negara lain yang ikutan. Mereka tampaknya tidak pernah menyaksikan gerombolan orang Indonesia yang berkumpul sebanyak ini.

Menjelang sore barulah kami membubarkan diri. Ada yang langsung pulang ke rumah masing-masing, ada pula yang menghabiskan waktu berjalan-jalan. Misalnya naik kapal Cruise yang menyusuri selam Marmara. Saya dan beberapa teman memilih berlayar sejenak untuk menikmati angin laut. Kami sempat pula mencicipi ikan bakar di dekat pelabuhan Eminonu. Sayangnya, ikan disana tidak lezat seperti di Indonesia, hambar dan tidak gurih. Setelah itu, barulah saya pamit pulang. Demikian sekelumit pengalaman berlebaran di negeri Ataturk yang terkenal itu.

[caption caption="jamaah wanita dari Indonesia (dok pribdai)"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun