Kami mengambil tempat di tengah-tengah taman dimana ada beberapa buah bangku atau tempat duduk. Beberapa 'ibu-ibu' (perempuan Indonesia yang telah menjadi penduduk sana dan menikah) mengeluarkan bekal yang dibawa. Ada yang membawa nasi, dan ada yang membawa lauk pauk serta buah-buahan. Semua digelar di atas meja taman. Kami makan beramai-ramai menikmati masakan mereka. Teman mahasiswa sangat antusias menyantap masakan tersebut, mereka jarang membuat masakan ala Indonesia. Ini kesempatan untuk melepas kangen pada menu dari tanah air.
Usai makan-makan, kami bercanda ria. Teman-teman mahasiswa tanpa malu-malu menyanyi keras-keras lagu Indonesia. Keriuhan ini mengundang perhatian banyak orang. Mereka berhenti untuk menyaksikan tingkah polah mereka. Bahkan ketika kami berfoto-foto, ada orang Turki dan turis dari negara lain yang ikutan. Mereka tampaknya tidak pernah menyaksikan gerombolan orang Indonesia yang berkumpul sebanyak ini.
Menjelang sore barulah kami membubarkan diri. Ada yang langsung pulang ke rumah masing-masing, ada pula yang menghabiskan waktu berjalan-jalan. Misalnya naik kapal Cruise yang menyusuri selam Marmara. Saya dan beberapa teman memilih berlayar sejenak untuk menikmati angin laut. Kami sempat pula mencicipi ikan bakar di dekat pelabuhan Eminonu. Sayangnya, ikan disana tidak lezat seperti di Indonesia, hambar dan tidak gurih. Setelah itu, barulah saya pamit pulang. Demikian sekelumit pengalaman berlebaran di negeri Ataturk yang terkenal itu.
[caption caption="jamaah wanita dari Indonesia (dok pribdai)"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H