Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Wow, Tambal Gigi Seharga 9 Juta

24 April 2015   06:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bisnis di bidang kesehatan memang tidak tanggung-tanggung. Ada kalanya menyiratkan terjadinya 'pemerasan' yang dilakukan oleh tenaga ahli medis. Praktek ini semakin sering dilakukan oleh Rumah sakit-Rumah Sakit swasta yang sudah memiliki nama. Kasus yang sedang heboh adalah tarif cabut gigi di RS MMC Jakarta, yang mencapai 9 juta rupiah. Bukan main, suatu jumlah yang fantastis.

Kasus ini menimpa Abigail Anggita Vela yang menceritakan peristiwa yang dialaminya melalui akun medsos. Kronologinya, Abigail membuat janji untuk ke dokter gigi di MMC karena tambalan geraham sebelah kiri copot.  Ia memilih nama dokter Inggrid Tendiari karena ada dalam urutan pertama untuk dokter gigi umum. Maka Abigail pun berobat dengan dokter tersebut. Namun betapa kagetnya dia, ketika harus membayar Rp 9 juta rupiah hanya untuk menambal gigi.

Anehnya, MMC terkesan melindungi dokter tersebut. Bahkan pihak MMC tidak mau mengungkap bagaimana sistem penetapan tarif di RS itu. Humas RS MMC, dr Cornelia menyatakan tidak bisa memberikan informasi apapun. Menurut dia, hal itu urusan RS dengan pasien yang bersangkutan. Sedangkan dr Inggrid mengatakan telah menetapkan tarif sesuai dengan ketentuan di RS tersebut. Dengan nada tinggi, dr Inggrid mengatakan bahwa kasus ini tidak perlu dibesar-besarkan.

Beberapa indikasi modus pemerasan dalam kasus tersebut:

1. Abigail tidak minta hal lain kecuali menambal gigi yang dimaksud. Tetapi dr Inggrid juga melakukan scaling dan  mengebor gigi lainnya.

2. Abigail diberi slip berwarna kuning dari asisten dokter, ada tulisan Rp 2 juta + Rp 7 juta

3. Abigail 'dilempar' ke petugas lain ketika menanyakan soal tarif ke kasir

4. Abigail harus bicara langsung dengan dokter

5. Ada negosiasi yang ditawarkan dokter, yang menurunkan tarif satu juta menjadi Rp 8 juta

6. Abigail dilempar lagi ke Humas setelah meminta konfirmasi dengan penanggungjawab RS

7. Pemerasan ini karena Abigai menggunakan asuransi.

Wah, tarif 9 juta adalah tarif yang tidak masuk akal, meskipun bagi seorang yang kaya raya. Logika moral tenaga medis MMC sungguh jeblok. Mereka menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat bisnis murni, dimana berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, bahkan jauh melebihi pengusaha di bidang lainnya. Kasus ini melebihi mal praktik yang telah banyak dilakukan RS-RS lainnya.

Maka sungguh tidak nyaman dan tidak bisa dipercaya berobat di Rumah Sakit swasta, terutama di Jakarta dan sekitarnya, karena tidak pernah mengutamakan kepentingan pasien. Mereka memperkaya diri dengan memeras pasien dan perusahaan asuransi. Mungkin ini adalah salah satu sebab mengapa banyak orang Indonesia yang lari berobat ke luar negeri.

Bayangkan, dengan uang 9 juta, kita bisa jalan-jalan dan berobat ke luar negeri, untuk apa berobat di RS dalam negeri. Profesional bukan berarti mahal. Seharusnya mereka menjaga kualitas, menjaga kredibilitas sebagai tempat untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, bukan menjadi sarana untuk mereguk keuntungan dari orang yang tak berdaya.

Seharusnya kasus ini menjadi perhatian IDI, agar para anggotanya disadarkan, jangan hanya mengejar uang. Harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Mudah-mudahan arogansi RS dan tim medis di RS seperti ini tidak menular ke daerah-daerah lain. Kasihan masyarakat awam yang tidak mengerti bisnis kesehatan, mereka bisa menjadi mangsa empuk perampok yang berjubah tim medis. Kiranya, ada sanksi hukum yang bisa diterapkan kepada RS ini agar tdak lagi semena-mena menetapkan tarif gila.

sumber: Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun