Wah, tarif 9 juta adalah tarif yang tidak masuk akal, meskipun bagi seorang yang kaya raya. Logika moral tenaga medis MMC sungguh jeblok. Mereka menjadikan Rumah Sakit sebagai tempat bisnis murni, dimana berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, bahkan jauh melebihi pengusaha di bidang lainnya. Kasus ini melebihi mal praktik yang telah banyak dilakukan RS-RS lainnya.
Maka sungguh tidak nyaman dan tidak bisa dipercaya berobat di Rumah Sakit swasta, terutama di Jakarta dan sekitarnya, karena tidak pernah mengutamakan kepentingan pasien. Mereka memperkaya diri dengan memeras pasien dan perusahaan asuransi. Mungkin ini adalah salah satu sebab mengapa banyak orang Indonesia yang lari berobat ke luar negeri.
Bayangkan, dengan uang 9 juta, kita bisa jalan-jalan dan berobat ke luar negeri, untuk apa berobat di RS dalam negeri. Profesional bukan berarti mahal. Seharusnya mereka menjaga kualitas, menjaga kredibilitas sebagai tempat untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, bukan menjadi sarana untuk mereguk keuntungan dari orang yang tak berdaya.
Seharusnya kasus ini menjadi perhatian IDI, agar para anggotanya disadarkan, jangan hanya mengejar uang. Harus ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Mudah-mudahan arogansi RS dan tim medis di RS seperti ini tidak menular ke daerah-daerah lain. Kasihan masyarakat awam yang tidak mengerti bisnis kesehatan, mereka bisa menjadi mangsa empuk perampok yang berjubah tim medis. Kiranya, ada sanksi hukum yang bisa diterapkan kepada RS ini agar tdak lagi semena-mena menetapkan tarif gila.
sumber: Kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H