[caption id="attachment_401018" align="aligncenter" width="300" caption="One Room beraksi di depan kompasianer"][/caption]
One Room mungkin merupakan grup musik yang masih terbilang muda dalam kancah permusikan di Indonesia. Namun grup ini memiliki kematangan yang tidak kalah dengan band ternama. Kematangan sebagai sebuah grup dan kematangan dalam berkarya. One Room telah memiliki karakter yang kuat sehingga siap menembus pasar musik di dalam negeri. Hal itu terungkap pada acara Kompasiana Ngulik: Ngobrolin Komersialisasi Lagu Bareng One Room, di studio Kompasiana, Jumat (27-2-2015).
Karakter seseorang atau kelompok tergambar dari idealisme yang mereka usung. Pada umumnya, musisi yang berhasil dan mampu bertahan hingga kini karena memiliki karakter tersendiri. Sebut saja Iwan Fals, Ebiet G Ade, Chrisye, Koes Plus, God Bless, Sheila On 7, Ungu dll. Mereka menjadi musisi yang akan selalu dikenang oleh para pecinta musik karena memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Begitu pula yang diharapkan dari One Room sebagai musisi muda yang siap berkiprah secara total.
Seringkali idealisme berbenturan dengan tuntutan pasar. Menyeimbangkan antara kedua hal tersebut merupakan tantangan berat bagi setiap musisi. Namun jika berhasil, maka ia akan menjadi musisi yang cepat melesat dan diperhitungkan di dunia musik. Musisi sekelas Iwan Fals juga pernah merasakan dan mengalami hal itu. Misalnya dalam album yang mengandalkan lagu "Buku Ini Aku Pinjam" yang meledak di pasaran. Menurut pengakuan Iwan Fals, lagu tersebut justru lagu yang mau dibuang olehnya, tetapi produser justru memilihnya.
One Room juga mengalami hal tersebut. Dari 20 lagu yang mereka ajukan kepada produser Seven Music, tak satupun ada yang berkenan. Akhirnya mereka membongkar file lama yang termassuk lagu buangan. ternyata justru salah satu lagunya berjudul "Pergilah" menjadi pilihan produser. Lagu itu akan dijadikan andalan dalam album perdana One Room. Namun lagu itu tidak serta merta langsung masuk dapur rekaman. Produser meminta agar mengubah aransemennya. Sang vokalis, yaitu Ulil, tidak menyukai perubahan tersebut. Ia 'mbalelo', kabur ketika proses produksi sedang berlangsung.
Butuh waktu untuk memberikan pengertian kepada One Room, khususnya Ulil, bahwa selera pasar harus diperhatikan agar album mereka diminati oleh para penggemar musik. Bagaimana pun produser lebih mengetahui apa yang menjadi selera masyarakat. Sebuah lagu harus layak jual atau mengandung nilai komersil agar mereka berhasil menarik perhatian dan laris manis di pasaran. Akhirnya sikap Ulil melunak, ia lalu mengikuti saran produser. Ini bukan berarti bahwa produser memaksa untuk mengorbankan idealisme mereka, tetapi lebih mengarahkan agar mencari titik keseimbangan antara idealisme dan komersialisasi.
Sebuah Kisah Tentang One Room
One Room terbentuk sebagai sebuah grup musik pada tahun 2012. Mereka sejatinya adalah teman bermain yang sama-sama menyukai musik. Dari lima personel, yang sudah berkawan karib sejak lama adalah Aden dan Leo. sedangkan ketiga teman lainnya bergabung belakangan. Aden adalah gitaris, Leo memegang Bass, Reza juga gitaris, sedangkan Firdaus adalah drummer dan vokalisnya adalah Ulil. Di antara mereka berlima, hanya Aden yang mencicipi bangku kuliah, sedangkan keempat temannya adalah lulusan SMA.
Aden mendapat dukungan dari sang kakak untuk membuat base camp untuk berlatih musik di area rumah mereka di Pondok Gede. Pada mulanya Drummer dipegang oleh orang lain yang kemudian mengundurkan diri karena memilih menjadi pelaut. Maka bergabunglah Firdaus, yang masih berhubungan kekerabatan dengan Aden untuk menggantikan tempatnya. Karena sudah biasa bermain bersama, mereka sudah saling mengerti, menjadi klop dalam sebuah grup musik.
Proses penciptaan lagu-lagu One Room, tidak banyak beda dengan musisi lain. Kebanyakan mereka menciptakan musiknya lebih dahulu, baru kemudian lirik lagunya. Selain sebagai vokalis, Ulil juga suka menciptakan lagu. Dan biasanya mereka kemudian melengkapinya bersama-sama. Lagu-lagu itu menggambarkan jiwa mereka, kelompok anak-anak muda yang selalu optimis menatap masa depan.
One Room mencoba peruntungan mereka dalam ajang Meet the Labels pada tahun 2013 dan berhasil terpilih sebagai juara. Saat itu mereka membawakan lagu "Bisa Gila". Keberhasilan itu membuat Seven music melirik One Room. Sebuah pintu menuju sukses telah terbuka. Tentu saja One Room tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka berlatih dan bekerja keras agar dapat menggapai cita-cita. Selama digarap oleh Seven Music, mereka mengaku mendapat pembelajaran yang sangat berarti dan membuat mereka semakin matang sebagai sebuah grup musik.
[caption id="attachment_401021" align="aligncenter" width="300" caption="One Room berbagi kisah"]
Pemasaran
Melempar album perdana ke pasar adalah hal yang gampang-gampang susah. Meski sudah lama berkecimpung di dunia musik, produser harus memperhitungkan dengan cermat, siapa yang menjadi target pemasaran dan media apa yang paling efektif untuk memasarkannya. Perhitungan itu menentukan sukses tidaknya sebuah album. Karena itu Seven Music tidak mau gegabah atau sembarangan.
Dari berbagai media yang menjadi andalan untuk memasarkan sebuah lagu, ternyata radio masih menjadi pilihan utama. Padahal, banyak orang berpikir bahwa komersialisasi lagu zaman sekarang adalah dengan menggunakan RBT dan internet. Di luar dugaan, masyarakat Indonesia masih menyukai radio untuk mendengarkan lagu-lagu yang digemari. Hal ini diceritakan oleh Mas Angga dari Seven Music.
"Radio masih menjadi media utama hingga ke seluruh pelosok nusantara. Karena itulah kami mengandalkan acara Chats atau tangga lagu-lagu di radio untuk memperkenalkan lagu-lagu yang diproduksi Seven Music," jelas Mas Angga.
Demikian pula lagu-lagu yang dinyanyikan One Room, dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat. Lagu-lagu mereka bahkan berhasil mencapai puncak di beberapa daerah. Ini membuktikan bahwa One Room telah mampu menggugah selera masyarakat. Album mereka mulai dicari dan diminati para penggemar musik di seluruh Indonesia.
Namun selain radio, One Room juga tidak mengabaikan media lainnya. Mereka juga menggunakan media internet dan perangkat modern lainnya. Bahkan semua celah dimasuki untuk memasarkan album mereka. Misalnya komunitas-komunitas yang diikuti oleh setiap personel One Room. Base camp di Pondok Gede juga merupakan sarana yang efektif untuk memperkenalkan lagu-lagu mereka.
One Room sering mengundang grup musik atau musisi lain untuk bersama-sama manggung di base camp. Undangan itu selalu disambut gembira oleh mereka. Acara manggung bersama itu selalu ramai pengunjung, terutama para penggemar atau fans dari masing-masing musisi. Dengan cara seperti itu, One Room semakin dikenal oleh masyarakat.
Rock n Roll is back
Menilik dari penampilan One Room, kita bisa langsung tahu bahwa musik yang mereka usung berirama rock n roll. Ulil dan Reza berhiaskan rambut gondrong yang terjuntai. Di kantong celana jeans Ulil, terselip scarf tipis panjang khas rocker. Namun Aden dan Firdaus berpenampilan lebih rapi dan necis. Sedangkan Leo lebih kalem dan sederhana.
Sesungguhnya jiwa mereka adalah jiwa rocker. Hal ini tergambar melalui lagu-lagu mereka. Rock adalah kepribadian mereka. Kita bisa melihat itu ketika mereka menyanyikan lagu "bisa gila' yang berirama cukup keras. One Room tampak sangat enjoy dan menjadi dirinya sendiri. Ternyata mereka memang mengidolakan grup musik rock yang terkenal di luar negeri, salah satunya adalah Metalica.
Namun ada keunikan dari gaya One Room. Baik dari lirik lagu dan musiknya, saya menangkap bahwa One Room adalah perpaduan antara Slank dan J-Rock. Hal ini juga diakui oleh Mas Angga. Justru keunikan ini memiliki daya jual tersendiri. Masyarakat akan dengan mudah mengenali musik yang dibawakan oleh One Room. Saya optimis bahwa grup musik ini akan terus mendaki hingga ke puncak. Apalagi saat ini masyarakat sudah mulai dilanda kejenuhan pada boyband/girllband serupa Korea.
The Rock n Roll is back , itu yang saya rasakan ketika mendengarkan lagu-lagu One Room. Di depan kompasianer, One Room menunjukkan kebolehannya. Studio kecil kompasiana terasa bergetar saat One Room menggebrak. Kami berdendang dan bergoyang dengan riang gembira mengikuti hentakan One Room.
I love it.
[caption id="attachment_401022" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Iskandar Jet memberi kenang-kenangan pada One Room"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H