Mohon tunggu...
Empong Nurlaela
Empong Nurlaela Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru yang Bahagia

20 November 2024   11:55 Diperbarui: 20 November 2024   18:35 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahagia adalah tujuan hidup setiap orang, tak terkecuali seorang guru. Tentunya takaran bahagia setiap individu itu berbeda tergantung kriteria masing-masing. Terkadang standarisasi keinginan yang terlalu tinggi membuat seorang guru tidak bahagia. Lalu bagaimana caranya agar selau Bahagia?

Salah satu cara agar menjadi guru yang lebih bahagia adalah bersyukur, karena telah ditakdirkan menjadi seorang guru. Rasa Syukur akan membuat seorang guru lebih Bahagia, sesuai janji Allah SWT. Dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 7 yang artinya, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ayat ini mengandung makna Allah akan menambahkan nikmat kepada hamba-Nya yang bersyukur.

Pertanyaannya mengapa kita harus bersyukur menjadi seorang guru? Jawabannya ada dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya, "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat". Dengan demikian di sisi Allah, orang-orang yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Begitupun dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang yang berilmu selalu mendepatkan tempat yang utama.

Baca juga: Ilmu

Selain itu, sabda Nabi Muhammad SAW, salah satu amalan yang tak pernah terputus adalah ilmu yang bermanfaat. Guru selalu menyebarkan ilmu kepada muridnya. Hal ini adalah peluang bekal untuk kita di akhirat, Jika kita menyampaikannya dengan Ikhlas.

Bicara tentang Syukur, saya jadi teringat kisah tukang batu. Mungkin kisah ini tidak asing lagi bagi kompasianer. Sedikit, saya akan mengulas lagi ceritanya.

Ada seorang tukang batu yang sedang beristirahat di bawah pohon, sambil memandangi tumpukan batu yang telah ia pecahkan. Tiba-tiba majikannya, menyuruh tukang batu tersebut untuk mengantarkan batu-batu  pada seorang yang kaya raya. Sesampainya di rumah orang kaya, tukang batu itu pun terpukau. Dia berpikir betapa bahagianya menjadi orang yang kaya, rumahnya sangat bagus dan indah. Dia merasa nyaman saat mencoba duduk di kursi orang kaya tersebut. Tukang batu itu pun berdoa, agar ia dijadikan orang kaya. Ternyata doanya langsung dikabulkan Allah. Jadilah tukang batu itu seorang yang kaya raya.

Tukang batu, yang kini berubah menjadi orang kaya itu pun hidup Bahagia. Dia bisa menikmati fasilitas mewah yang ada di rumahnya. Pada suatu hari tukang batu pergi jalan-jalan di sekitar kampung sambil menikmati keindahan pagi. Tiba-tiba dia melihat rombongan kerajaan yang sedang melewati kampung tersebut. Dia begitu kagum dengan sang raja yang gagah dan dihormati banyak orang. Dia berpikir alangkah bahagianya jika dirinya menjadi seorang raja. Di akan dielu-elukan banyak orang. Dia pun berdoa kepada Allah agar dijadikan seorang raja. Seketika itu pun, dia berubah menjadi seorang raja.

Tukang batu yangg sekarang menjadi raja pun hidup Bahagia. Dia merasa senang banyak pelayan disisinya. Setiap hari dayang-dayang akan melayani kebutuhannya dan mengipasi dirinya Ketika kegerahan. Suatu hari dia pergi untuk melihat kondisi rakyatnya dengan ditandu. Raja itu pun senang mendapatkan penghargaan dari rakyatnya. Tiba-tiba sinar matahari menyilaukan matanya. Sang raja pun kagum terhadap matahari yang mampu menyinari seluruh dunia, bukan hanya satu kerajaan. Dia pun berdoa agar dijadikan matahari. Seketika itu pun dia berubah menjadi matahari.

Tukang batu yang kini berubah menjadi matahari sangat bahagia bisa menyinari alam dunia. Dia sangat bangga mampu membuat tanaman berfotosintesis. Namun, tiba-tiba dia dihadang awan hitam. Dia pun berpikir ternyata dirinya masih kalah dengan awan. Alangkah bahagianya menjadi awan yang mampu memberikan keteduhan bagi seluruh makhluk dunia. Dia pun berdoa agar dijadikan awan. Kemudian, tukang batu itu pun berubah menjadi awan.

Tukang batu yang sekarang menjadi awan pun sangat Bahagia bisa membuat orang-orang terbebas dari kepanasan. Namun, tiba-tiba angin kencang menerpanya, hingga bercerai-berai. Tukang batu itu pun berpikir bahwa ada yang lebih hebat dari awan. Dia pun berdoa agar dijadikan angin kencang.

Tukang batu yang telah berubah menjadi angin pun merasa bangga menjadi makhluk terhebat, karena mampu menerbangkan benda-benda yang dilaluinya. Sampai suatu Ketika, angin kencang itu menerpa sebuah bukit batu. Dia merasa heran dengan bukut batu yang masih bergeming, walaupun sudah diterpa beberapa kali. Dia pun berpikir, bahwa bukit batu itu yang paling hebat. Tukang batu itu pun berdoa agar dijadikan bukit batu.

Tukang batu yang telah berubah menjadi bukit batu itu pun berdiri dengan gagahnya. Ia merasa taka ada yang mampu menandinginya. Sampai suatu Ketika sebuah benda keras menempanya. Kakinya terpecah menjadi beberapa bagian. Ternyata, ada seorang tukang batu yang sedang memukul dirinya dengan palu yang besar. Dia pun berpikir, bahwa ada yang lebih hebat dari bukit batu yaitu seorang tukang batu. Dia pun berdoa agar Kembali dijadikan seorang tukang batu.

Tiba-tiba suara azan zuhur membangunkan dirinya. Dia pun senang bahwa semua yang terjadi adalah mimpi. Dia menyadari tak ada yang bisa membuatnya lebih Bahagia, kecuali mensyukuri apa yang ada pada dirinya.

Kompasianer yang berbahagia, dari cerita tadi dapat kita simpulkan bahwa seorang manusia selalu menginginkan yang lebih dari apa yang sudah Allah berikan, sehingga dirinya tidak Bahagia. Begitu pun seorang guru yang tak bersukur dengan profesi dan materi yang didapatkannya, maka hidupnya akan merasa kurang dan tidak bahagia. Hal ini bisa memengaruhi proses pembelajaran di kelas. Maka dari itu, biasakanlah afirmasi positif setiap hari sebagai guru yang Bahagia, sehingga kebahagiaan kita menular pada peserta didik dan rekan kerja kita.

Sebagai seorang guru, kita bisa mengungkapkan rasa Syukur dengan ucapan dan perbuatan. Perbuatan seorang guru yang menandakan rasa Syukur pada dirinya adalah lebih termotivasi dan Ikhlas dalam mengajar. Guru tersebut yakin, dengan mengajarkan banyak ilmu sesuai ketentuan Allah dan pemerintah, maka dia akan mendapatkan keberkahan dalam hidup. Keberkahan itu berupa dilancarkan segala urusannya, sehingga tercapailah kata Bahagia dalam dirinya.

Saya suka dengan pesan Pak Mentri Abdul Mu'ti yang mengatakan bahwa guru harus mempunyai motivasi untuk mencintai murid dan mencintai ilmu. Karena menurut beliau, berapa pun gajinya, jika tak mencintai murid dan ilmu, maka guru tersebut tidak akan Bahagia menjadi guru.

Dari pesan tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa untuk bisa menjadi guru yang Bahagia adalah dengan senantiasa terus belajar mengembangkan diri agar menjadi guru yang mampu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Selain itu, kita harus menerima dengan senang hati berapa pun materi yang kita dapatkan. Karena, berapa pun jumlah materinya, jika kita tidak bersyukur maka tetap akan terasa kurang.

Terakhir, saya berharap semoga janji pemerintah untuk menyejahterakan seluruh guru di Indonesia dapat terwujud secepatnya. Tentunya, hal itu harus didukung oleh kinerja kita yang lebih baik, agar apa yang kita dapatkan semakin berkah dan diridai oleh Allah SWT.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun