Tukang batu yang telah berubah menjadi bukit batu itu pun berdiri dengan gagahnya. Ia merasa taka ada yang mampu menandinginya. Sampai suatu Ketika sebuah benda keras menempanya. Kakinya terpecah menjadi beberapa bagian. Ternyata, ada seorang tukang batu yang sedang memukul dirinya dengan palu yang besar. Dia pun berpikir, bahwa ada yang lebih hebat dari bukit batu yaitu seorang tukang batu. Dia pun berdoa agar Kembali dijadikan seorang tukang batu.
Tiba-tiba suara azan zuhur membangunkan dirinya. Dia pun senang bahwa semua yang terjadi adalah mimpi. Dia menyadari tak ada yang bisa membuatnya lebih Bahagia, kecuali mensyukuri apa yang ada pada dirinya.
Kompasianer yang berbahagia, dari cerita tadi dapat kita simpulkan bahwa seorang manusia selalu menginginkan yang lebih dari apa yang sudah Allah berikan, sehingga dirinya tidak Bahagia. Begitu pun seorang guru yang tak bersukur dengan profesi dan materi yang didapatkannya, maka hidupnya akan merasa kurang dan tidak bahagia. Hal ini bisa memengaruhi proses pembelajaran di kelas. Maka dari itu, biasakanlah afirmasi positif setiap hari sebagai guru yang Bahagia, sehingga kebahagiaan kita menular pada peserta didik dan rekan kerja kita.
Sebagai seorang guru, kita bisa mengungkapkan rasa Syukur dengan ucapan dan perbuatan. Perbuatan seorang guru yang menandakan rasa Syukur pada dirinya adalah lebih termotivasi dan Ikhlas dalam mengajar. Guru tersebut yakin, dengan mengajarkan banyak ilmu sesuai ketentuan Allah dan pemerintah, maka dia akan mendapatkan keberkahan dalam hidup. Keberkahan itu berupa dilancarkan segala urusannya, sehingga tercapailah kata Bahagia dalam dirinya.
Saya suka dengan pesan Pak Mentri Abdul Mu'ti yang mengatakan bahwa guru harus mempunyai motivasi untuk mencintai murid dan mencintai ilmu. Karena menurut beliau, berapa pun gajinya, jika tak mencintai murid dan ilmu, maka guru tersebut tidak akan Bahagia menjadi guru.
Dari pesan tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa untuk bisa menjadi guru yang Bahagia adalah dengan senantiasa terus belajar mengembangkan diri agar menjadi guru yang mampu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Selain itu, kita harus menerima dengan senang hati berapa pun materi yang kita dapatkan. Karena, berapa pun jumlah materinya, jika kita tidak bersyukur maka tetap akan terasa kurang.
Terakhir, saya berharap semoga janji pemerintah untuk menyejahterakan seluruh guru di Indonesia dapat terwujud secepatnya. Tentunya, hal itu harus didukung oleh kinerja kita yang lebih baik, agar apa yang kita dapatkan semakin berkah dan diridai oleh Allah SWT.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H