Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pariangan Desa Terindah di Dunia

15 November 2019   14:59 Diperbarui: 15 November 2019   15:08 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebungkus Indomie Tak Sanggup Kubawa Pulang (Part 1)

Februari 2004, detik-detik menunggu hari kelahiran anakku yang ketiga, terjadi gempa bumi beruntun di Sumatera Barat.

Pertama tanggal 16 Februari 2004, gempa bumi kuat dengan magnitudo 5,6 skala Richter, pusat gempa di Desa Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.

Getaran gempabumi ini dirasakan di sebagian besar daerah Sumatera Barat, kekuatannya hingga pada VI MMI (Modified Mercalli Intensity) yang menimbulkan korban meninggal dunia dan meluluhlantakkan ratusan bangunan rumah di Kabupaten Tanah Datar.

Enam hari kemudian, tepatnya pada 22 Februari 2004, gempa bumi yang lebih besar kembali mengguncang Sumatera Barat dengan magnitudo 6 skala Richter.

Gempa bumi ini mengakibatkan beberapa orang kembali meninggal dunia dan beberapa orang luka parah serta ratusan rumah rusak berat, termasuk di wilayah kecamatanku tempat bertugas.

Aku bertugas di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat, tetangga dari Kecamatan Batipuh yang menjadi daerah pusat gempa. Saat itu aku diamanahi sebagai Sekretaris Kecamatan.

Kecamatan Pariangan menjadi tempat tersendiri dalam perjalanan tugas dan hidupku, lulus dari STPDN tahun 1998, tiga bulan setelah masa orientasi dan pembekalan di instansi Kabupaten aku langsung diberi amanah memegang jabatan Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Pariangan. Aku tinggal dirumah Bapak Syafran Tamsa orang kampungku, orangnya baik sekali, sekarang menjadi Wali Nagari IV Koto Mudiak di Batang Kapas.

Tidak beberapa bulan aku disini, kembali aku ditarik ke Kantor Bupati menjadi Ajudan Bupati yang saat itu dijabat oleh Alm. Bapak Masdar Saisa, kemudian diangkat sebagai Kasubag pada Bagian Tata Pemerintahan.

Tahun 2002 setelah kembali dari pendidikan di STIA LAN Jakarta, aku juga kembali ditempatkan di Kecamatan Pariangan, Camatnya Pak Novrianto CH kemudian digantikan oleh Pak Faisal A, aku kembali sebagai Kepala Seksi Pemerintahan kemudian Sekretaris Kecamatan sampai akhir tahun 2004. Saat itu Bupatinya Bapak Masriadi Martunus.

Seteleh itu aku kembali berpetualangan menuntut ilmu, joint research di Bappenas, ikut pelatihan bahasa Inggris dan bahasa Perancis di Jakarta, aku satu kelas dengan Mbak Siti Atikoh istrinya Gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo, kami banyak ditraktir dan difasilitasi jalan jalan waktu itu. Aku bolak balik Jakarta-Batusangkar, semua ini tidak lepas dari semangat dan support Pak Masriadi.

Hanya Kecamatan Pariangan ini satu satunya tempat pengabdianku dilapangan selaku seorang abdi negara yang dilahirkan dan dididik dari sekolah Pamong Praja.

Diwilayah Kecamatanku ada Desa (sekarang Nagari) Pariangan. Desa yang penuh dengan historis asal usul nenek moyang orang Minangkabau. Desa yang ada kuburan panjangnya Tan Tejo Gurhano sang arsitek Rumah Gadang Minangkabau, Desa tempat asal usul adat yang dilekangkan oleh Datuak Perpatih Nan Sabatang dan Datuak Katamanggungan.

Desa yang ada sumber api abadi, selalu dijadikan pengambilan api obor setiap pelaksanaan event olahraga di Sumatera Barat. Desa yang airnya sangat segar dan hawanya sangat dingin, apalagi lekak lekuk pemandangannya yang bikin kita betah berlama lama disini sambil menyerumput secawan Aia Kopi Kawa Daun (minuman dari daun kopi yang dikeringkan).

Desa Pariangan, desa tempat aku pernah menyusuri gunung, tebing, lembah, sawah, sungai. Desa tempat aku pernah menanam cabe keriting untuk mencoba menambah biaya beli susu anakku. Desa yang disaat dinihari jam dua malam sepeda motor Sekcamku Suzuki TRS tak bisa lagi menanjak tanjakan sehingga aku harus meninggalkan motorku dikantor desa dan meminjam motor kepala jorong untuk pulang ke Batusangkar. Desa yang penduduknya amat ramah dan kritis, sering aku bercengkrama dengan mereka.

Banyak catatan hidup dan pengabdianku berserakan di desa ini, termasuk pernah bersama sama dengan Pemerintah Nagari Pariangan, tokoh masyarakat merintis pengembangan pariwisata di Nagari Pariangan, mendata dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk melestarikan Rumah Gadang yang ratusan tahun, pernah juga turun mensurvei bersama dosen ITB, merintis membangun homestay rumah masyarakat.

Menyusuri hutan dan lembah membangun jalan dan irigasi bantuan proyek P2D, keliling Mesjid dan Mushala untuk bersosialisasi, mengunjugi dan menjadi pembina upacara di sekolah-sekolah yang jauh diperkampungan.

Keluar masuk semak mendampingi operator seluler mencari lokasi pemasangan menara, mendampingi anggota dewan dalam kunjungan lapangannya, duduk dipematang sawah dan makan bersama petani dengan lahapnya, dan banyak lagi cerita asam manis yang tak bisa disebutkan.

Jika setiap ke desa Pariangan ini, ada sebuah ritual yang aku lakukan, biasanya aku selalu menyempatkan diri berhenti dipinggir jalan, disebuah gundukan tanah, kita bisa melihat pemandangan alam 360 derajat, kemudian menghisap sebatang rokok (dulu masih merokok sebagai wahana pendekatan dengan masyarakat).

Memandang sekeliling alam nan membentang, mata lepas begitu jauh menerawang, nuansa barisan gunung dan bukit yang berjenjang, sawah yang berteras tering memanjang, jalan yang meliuk, sepoian angin yang menyelir telinga, begitu indah melangsa, merasup kesanubari, tenang damai tiada terkata.

Beberapa tahun setelah aku bertugas dan tinggal di Jakarta, aku mendapat berita yang menggembirakan. Pariangan sebuah desa yang berada dikaki Gunung Merapi Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat menjadi viral sebagai desa terindah di dunia, aku senang dan bahagia bukan kepalang, saat ini terangkat namanya menjadi desa yang masuk dalam catatan traveller untuk dikunjungi.

Alhamdulillah Yaa Rabb...

bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun