Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100 Puisi] Pak Tani dan Bu Tani

17 Februari 2016   16:34 Diperbarui: 17 Februari 2016   16:45 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kokok ayam bersahutan

Air wudhuk terbasuhkan, menghadap ridho Sang Illahi

Kau ambil cangkul dan kapak tajam, terletak diujung dapur beralas tanah

Kau langkahkan kaki menuju sawah dan hutan semak belukar

Kau tanam padi kau semai kopi berharap buah bergelantungan

 

Pagi dan petang kau susuri

Jalan setapak penuh duri, berteman lintah, pacet dan babi rimba

Wajahmu tetap berseri, walau makan berteman nyamuk dan kecoa

 

Hari terus berganti

Padi dan kopi berbuah limpah

Senyummu mulai merekah

Kau tuai dan kau petik untuk dipanen

Datang tengkulak menghampiri, kau jual dengan berat hati

Dihargai dengan recehan yang tak sebanding dengan peluh keringatmu

Hutang sudah menunggu dari rentenir yang mengais dipunggungmu

Mimpi memperbaiki dapur dan naik haji

Hanya harapan yang selalu berganti saat bulir padi dan kopi mulai bersemi

Senyummu berbuah onak dan duri

 

Kau tak pernah menyadari

Bulir padi dan kopimu yang bermutu tinggi

Melalang buana ke kota-kota

Bulir padimu menjadi beras premium yang dibungkus indah bertengger di supermarket mewah

Butir kopimu menjadi minuman termahal tersaji di café café bermerk internasional

 

Kau hanya bisa bermimpi

Mimpimu dituai oleh kalangan borjuis

Kau hanya bisa berharap

Harapanmu dipanen oleh kalangan berduit

Kau hanya bisa berkhayal

Hayalanmu diberangus oleh kalangan berdasi

 

Pak tani dan bu tani

Inilah tanah pertiwimu

Gemah ripah loh jinawi

Hanya dendang penina bobo

Sambutlah esok pagi

Nan kan terus berulang

Sambil menunggu

Tanah pertiwimu tandas tergadai

Sawah ladangmu menjadi beton bertulang

Hanya hitungan waktu

Anak cucumu kan menjadi tamu di tanah moyangnya…

 

17 Februari 2016

Foto : dok.pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun