Padi dan kopi berbuah limpah
Senyummu mulai merekah
Kau tuai dan kau petik untuk dipanen
Datang tengkulak menghampiri, kau jual dengan berat hati
Dihargai dengan recehan yang tak sebanding dengan peluh keringatmu
Hutang sudah menunggu dari rentenir yang mengais dipunggungmu
Mimpi memperbaiki dapur dan naik haji
Hanya harapan yang selalu berganti saat bulir padi dan kopi mulai bersemi
Senyummu berbuah onak dan duri
Â
Kau tak pernah menyadari
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!