Mohon tunggu...
Empi Muslion
Empi Muslion Mohon Tunggu... Administrasi - pengembara berhenti dimana tiba

Alang Babega... sahaya yang selalu belajar dan mencoba merangkai kata... bisa dihubungi : empimuslion_jb@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Publik Seputaran Senayan dalam Keangkuhan Tanah Negara

28 September 2015   12:34 Diperbarui: 28 September 2015   13:36 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar 8 : Jika saja komplek pemerintah diseputaran senayan diintegrasi menjadi ruang publik, Foto.Empi M)

Kadang serasa aneh jika menyebut nomenklatur Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, bukankah tugas kementerian ini yang salah satunya memberikan edukasi dan fasilitasi akan arti pentingnya kelestarian lingkungan hidup ? Tentu lingkungan hidup yang sebenarnya, lingkungan yang ramah, asri dan bisa dinikmati oleh warga, bukan hanya sebatas papan pengumuman dan label institusi yang menterang.

Disamping komplek gedung pemerintah yang luas dan asri tersebut, disebelahnya juga terbentang luas tanah yang sangat rancak sekali jika dijadikan ruang publik yakni tanah Taman Ria Senayan. Saya sering bergumam dalam hati sambil mengomel kesal, jika melewati tanah Taman Ria Senayan yang begitu luasnya dibiarkan kosong melompong, yang luasnya bisa sepuluh kali lipat dari Taman Suropati Menteng yang sampai sekarang belum ada yang menggantikan secarik oase akan keteduhan ruang publiknya bagi warga ditengah kota Jakarta. Areal bekas Mal Taman Ria Senayan ini, entah sudah berapa tahun ditutupi papan pagar pembatas yang penuh coret moret grafiti dari tangan-tangan anak bangsa yang mungkin keki melihatnya.

(Gambar 9 : Tanah Taman Ria Senayan yang ditutup oleh pagar papan yang tinggi, Foto.Empi.M)

Walaupun status tanah ini masih dalam selang sengketa, namun selayaknya pemerintah jika menyangkut untuk kepentingan umum, harus tegas dan cepat menyelesaikan silang sengkarut yang entah kapan ada solusinya ini. Jika Bapak Jokowi semasa menjadi Gubernur DKI Jakarta bisa menyelesaikan kumuh dan kumalnya Waduk Pluit, mampu memindahkan sekian ribu penghuninya dan sekarang menjadi arena ruang publik yang diapresiasi warga. Begitupun Ahok yang baru-baru ini bisa memindahkan warga yang tinggal dibentaran Sungai Ciliwung di Kampung Pulo ke Rumah Susun walau penuh pro dan kontra. Harusnya Bapak Jokowi yang saat ini telah menjadi Presiden dan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, bukankah sewajarnya bisa lebih mudah dan cepat menyelesaikan tanah Taman Ria Senayan ini, apalagi status tanah ini berada dalam pengelolaan Sekretariat Negara dan sengketanyapun hanya dengan satu pihak dan segelintir orang saja.

(Gambar 10 : Luasnya Tanah Taman Ria Senayan yang dibiarkan kosong bertahun-tahun, Foto.Empi.M)

(Gambar 11 : Luasnya lahan sekitar Taman Ria Senayan, jika saja dijadikan Ruang Publik bagi warga, Sumber.Google.Maps)

Entah sampai kapan, kita dimanjakan untuk melihat papan-papan penutup batas tanah ini menambah alergi mata menatap wajah Ibukota. Tidakkah terpikirkan atau terketuk hati Pemerintah Pusat atau Pemda DKI Jakarta, untuk menjadikan lahan Taman Ria Senayan tersebut sebagai ruang publik yang nyaman bagi warganya ?, seperti dijadikan taman-taman yang indah, yang ditumbuhi pohon-pohon rindang, mekarnya bunga yang dihinggapi kupu-kupu, muncratan air mancur dan kicauan burung yang bersenda gurau sambil mengintari kilauan air danau yang ada disebelahnya. Menyaksikan para seniman dan budayawan menggesek dawai biola, memetik gitar dan mengail inspirasi serta menampilkan karyanya untuk Ibu Pertiwi, menyaksikan pemuda-pemudi berlatih orasi untuk membangun bangsa ini, menyaksikan kakek-nenek jalan bergandengan tangan dengan wajah yang sumringah, menyaksikan anak-anak berlarian dan bercengkrama ria sambil menghirup jernihnya udara dan teduhnya pohon di ruang publik nan terbuka. Oh... ruang publik sungguh indah untuk dibayangi...

Keadaan ruang publik yang ada dan cukup luas dikelola oleh pemerintah saja keadaannya seperti ini, apalagi yang bisa kita harapkan lebih banyak, akan adanya ruang-ruang publik terbuka yang bebas dan lepas dinikmati warga secara gratis dibangun oleh pemerintah ? Entahlah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun