Â
A: Siapa saja yang terlibat?
V: Kami mengajak teman musisi, perupa dan penulis lokal. Seperti Garna Raditya di lagu "Tuhan Baru Bernama Gadget", Asrida Ulinuha dan Yus Ariyanto di lagu "Tak Ada Tempat Untuk Warna Abu-abu di Kotak Pastel" dan beberapa teman yang lain.
Â
A: Referensi selama pembuatan album apa saja?
V: Beberapa novel Stephen King, yang juga dirilis versi filmnya seperti The Cell, Bumi Manusia, Marsinah, Film Senyap, Last Train Home, puisi-puisi Wiji Tukul, NOFX, Sunny Day Real Estate, U2. Banyak hal, apapun bisa jadi referensi dalam penulisan lagu. Termasuk sekedar obrolan setengah sadar di kedai miras seperti ini.
Album ini adalah bagian kedua dari rangkaian trilogi Distorsi Akustik setelah debut PU7I UTOMO (Valetna Records, 2016). Para buruh berkedok musisi, begitu mereka kerap memperkenalkan diri, masih digawangi Viko Yudha Prasetya (vokal, synth), Hersan Dipta Putra (gitar), Bahar Syafi'i (gitar), Taufik Adi (bas), Muhammad Fajar Pandu (kibor, gitar) dan Ragil Pamungkas (drum). Album PUAN memuat lima lagu baru dan dua trek bonus.
Â
A: Sempat disebut pengusung post-rock, post-grunge dan sebagainya di album pertama, apa genre musik Distorsi Akustik sekarang?
V: (Terdiam sejenak) Alternatif. Ya, sebut saja musik kami sekarang alternatif.
Â