"Owh, hai Harry, tentu saja. Masuklah sini," jawabnya penuh kehangatan.Â
Aku segera membuka pagar berwarna putih tersebut. Rumah Nyonya Yulia terbuat dari kayu berkualitas. Bangunannya minimalis, dan semua dicat dengan warna senada. Segera aku menuju teras dan langsung merapikan mainan yang berserakan tersebut ke dalam dus-dus besar.Â
"Mau dibawa ke mana semua mainan ini, Nyonya?" tanyaku sambil menutup dus pertama dengan lakban.Â
"Ini akan dibawa ke panti asuhan, Sayang. Jhoni kelihatannya sudah bosan dengan semua mainan ini."Â
Aku mengangguk. Kuisi dus kedua dengan aneka jenis mobil-mobilan, pesawat, dan juga robot. Saat hendak menutup dus kedua, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah mainan yang tergeletak di sudut teras. Entah mengapa aku begitu tertarik dengan benda tersebut.
 "Bolehkah aku memiliki ini, Nyonya?" tanyaku dengan sedikit takut.
 "Tentu saja Harry. Kau anak yang manis dan baik hati, seperti Momy-mu. Ambilah. Ini mainan lama dan tak pernah dipakai. Entah siapa pemiliknya. Aku menemukannya di gudang." Nyonya Yulia menatap iba, dia mengacak rambutku.Â
Jadilah mainan itu kini berada di kamarku. Benda tersebut berbentuk sebuah miniatur rumah kecil dengan alas di bawahnya. Ada pagar yang mengelilingi. Ada tombol kecil di bagian depan. Bila tombol tersebut ditekan, maka bagian depan yang sepertinya sebuah jendela akan terbuka.Â
Setelah itu akan keluar satu boneka badut. Walau kecil, bila dilihat sekilas  badut ini sangat menyeramkan. Matanya merah, wajah menyiratkan kemarahan.  Namun, badut itu ini bisa keluar tanpa aku melakukan apa pun. Saat itulah seseorang harus pergi.Â
Bahan mainan ini terbuat dari kayu oak, dan terlihat sangat kuat. Siang itu sepulang dari ladang, ketika aku hendak melepas sarung tangan yang dipakai, tetiba terdengar musik di ruangan ini.Â
Tang ting tang ting tang ting....Â