Tapi berbeda ketika ada inisiasi dari teman-teman alumni SMP Negeri Lamahala Angkatan 1986 yang berkeinginan melakukan reuni. Saya merasa keluarga saya, bagian dari diri saya, mengajak saya harus kembali. Sejak saat itu, saya menyatakan komitmen dan berikrar, apapun kondisinya, saya siap hadir. Alhamdulillah, janjiku tertunai!
Kebahagiaan dan kepuasaan saya bisa hadir dan dapat bertemu teman-teman semua. Kalian tetap bersahaja, yang tidak pernah berubah (masih seperti masa kanak-kanak kita dulu), berbaur menjadi satu, meski ruang dan waktu telah membuat jarak dalam sekian dekade. Tidak ada rasa gengsi karena status dan profesi, semua menyatu, berbagi cerita dan nostalgia, tanpa perlu merasa risih. Terima kasih dan appresiasi serta hormat saya kepada kalian, sikap kalian membuatku tersanjung, bisa kembali berkumpul, berbaur secara rileks tanpa sikap-siakp elitis dengan tidak (harus) membentang jarak.
Refleksi
Setiba di rumah saya mendapat pertanyaan dari istri saya. Bagaiamana Pa, dengan kegiatan reuninya? Apa lagi setelah mendengar cerita bahwa tidak semua teman yang "di luar" (istilah kalian, wutun kleten), bisa hadir. Bahkan tidak lebih dari 25 persen alumni yang sejak awal begitu menggebu-gebu, berkoar-koar tentang reuni, bahkan idiom (istilah), gampang, memakan tuannya, tidak bisa hadir. Lebih jauh istri saya menimpali, jika dibandingkan dengan Reuni Akbar Warga Lamakera dengan nuansa yang sangat "spektakuler" yang saya tidak hadiri dan lebih memilih ikut reuni sekolah, apakah saya merasa kecewa atau puas? Â
Dengan tegas saya mengatakan bahwa sedikit pun saya tidak pernah merasa kecewa, apalagi menyesal telah hadir di reuni Akumni SMP Negeri Lamahala Angkatan 1986 ini. Sebaliknya saya merasa sangat bahagia dan puas dengan penerimaan dan penyambutan teman-teman. Sungguh di luar espektasi saya. Saya merasa sangat diterima, mendapat tempat dan rasa hormat, yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan.
Kalian luar biasa, kalian hebat, meski dalam kesederhanaan kalian tidak kehilangan nilai-nilai kemanusiaan. Tetap guyub, memberi tempat dan rasa hormat.
Bahwa dalam sebuah even tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Begitu pula dengan kegiatan reuni yang dikemas dengan sangat apik, dengan menyelipkan kegiatan bernuansa akademik, yang sangat jarang dilakukan oleh sebuah komunitas pendidikan sekalipun. Termasuk komitmen personal alumni. Satu hal yang ingin saya tegaskan adalah tentang sikap konsisten. Konsistensi pada sebuah komitmen adalah manifestasi dan implementasi nyata dari sikap istiqomah. Dalam bahasa yang paling sederhana, orangtua kita sering menasehatkan agar selalu menjaga kepercayaan. Teggu plenai, barru pai! Â Satu kata dengan perbuatan!