Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menimbang Kesiapan SBY yang (Hendak) Berperang

8 Februari 2018   10:29 Diperbarui: 8 Februari 2018   10:33 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SBY Mengadakan Jumpa Pers Terkait Penyebutan Namanya dalam Kasus e-KTP (sbr gbr. : http://makassar.tribunnews.com)

Wajar bila kita harus mencoba menimbang pernyataan perang, "this is my war", itu dalam konteks politik secara luas dan jelang pertarungan memperebutkan RI-1 pada 2019. Sebab, penyataan, "ini adalah perangku", tidak semata-mata berarti dan harus dilokalisasi dalam konteks penyebutan namanya dalam kasus e-KTP. Tapi dapat pula ditafsirkran lebih jauh, bahwa pernyataan tersebut tidak hanya sekedar gertak sambal terhadap orang-orang yang telah berani bermain api dengan menyeret-menyeret nama dan dinasti politiknya. Namun boleh jadi, sebagai strategi untuk dan akan segera secara all out keluar dari "benteng pertahanan" dan siap maju bertarung di medan laga.

Deklarasi perang yang dilontarkan SBY bisa jadi bermakna konotatif. Untuk jangka pendek, pernyataan perang itu sebagai maklumat terhadap Mirwan Amir dan Firman Wijaya agar bersiap diri untuk menghadapi tuntutan yang diajukannya melalui pelaporan atas diri mereka yang telah dengan sengaja berusaha melakukan pembunuhan karakter terhadap dirinya. Kasus e-KTP juga dapat menjadi entry point untuk mengukur rentang resonansi yang dapat bergetar jauh ke pelosok negeri terhadap elektabilitas dinasti SBY dan PD.

Momentum untuk membangkitkan sentimen publik dengan lakon melankolis akankah masih "berfungsi" efektif? Sebuah strategi tradisional di tengah persepsi masyarakat Indonesia yang masih relatif sangat labil. SBY dan PD sangat paham dengan psikologi rakyat Indonesia, yang sangat cepat merasa iba dan segera memberi simpati terhadap orang atau pihak lain yang merasa telah menjadi "korban" dan teraniaya.

Politik melodrama nan melankolis (playing victim) dalam konteks ke-Indonesia-an hingga hari ini masih tetap relevan. Hal itu harus benar-benar dimanfaatkan secara maksimal dan optimal untuk meraih dukungan politik. Jika lalai memanfaatkan momentum, sekecil apapun momentum itu hadir, jangan sampai membiarkan berlalu begitu saja. Sebab, kesempatan itu hanya datang sekali, tidak pernah akan berulang. Itu sudah menjadi hukum alam, dalil Tuhan yang tak pernah mungkin bisa dibantah.

Di sinilah relevansi "this is my war" ala SBY menemukan konteksnya. Bahwa tahun politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) adalah sebuah momentum bersejarah yang sungguh sayang dilewatkan begitu saja. Mumpung "putra mahkota" yang terlanjur diorbitkan, meski kemudian gagal dalam sebuah kesempatan kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), sedang berwara-wiri ke seluruh pelosok negeri memperkenalkan diri.

Bagaimana hasil dari perang yang mungkin akan terjadi, mari kita lihat sambil duduk bersila, apakah benar SBY sedang diuji oleh Tuhan, ataukah sejarah akan membuktikan hal sebaliknya. Kata, "SBY: Kita Diuji Kembali oleh Tuhan dan Sejarah...".

Wallahu a'lam bish-shawabi

Makassar, 08022018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun