Oleh : eN-Te
Judul artikel ini merupakan sepenggal cuitan  mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dengan mengutip pernyataan Nelson Mandela, seorang tokoh pejuang persamaan hak dan derajat, sekaligus Bapak dan mantan Presiden Afrika Selatan. Obama mengutip Mandela dan menulis kembali dalam twiternya menanggapi kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Adalah Grace Natalie, salah seorang narasumber yang diundang dalam acara ILC (selasa, 29/8/2017) yang disiarkan TV One itu, mengemukakan perpektif tentang 'fitrah' kemanusiaan itu dengan mengacu pada tweet Obama tersebut. Grace adalah satu-satunya narasumber perempuan yang dihadirkan di acara ILC malam itu.
Tampil elegan, wanita cantik nan anggun itu, memaparkan secara smart perspektifnya tentang skandal kelompok penebar kebencian berkonten SARA, yakni Saracen yang menjadi topik ILC malam itu. Dengan tenang dan penuh 'wibawa', Grace Natalie membuka analisisnya dengan mengemukakan keprihatinannya melihat kondisi masyarakat dan atmosfir politik Indonesia hari ini, yang sangat rentan dikibuli dengan berita-berita dan atau informasi-informasi hoaks beraroma fitnah.
Saracen dalam Masyrakat Gampang Tertipu
Grace Natalie mengawali paparannya dengan mengajukan sebuah hipotesis. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, Grace mengemukakan hipotetisnya bahwa masyarakat Indonesia belum bisa perpikir kritis. Menurut Grace Natalie, bahwa berdasarkan data BPS 2016, sebagian besar (sekitar 48%) tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yakni setingkat Sekolah Dasar (SD) dan bahkan masih ada di bawah SD. Â
Dalam konteks demikian, kelompok penebar kebencian berkonten SARA, seperti Saracen ini merasa mendapatkan 'berkah'. Mereka dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk meraihkan keuntungan. Caranya dengan mengkomersialisasikan berita atau informasi hoaks dan fitnah. 'Kelompok bangsat' itu seakan tidak merasa berdosa memanfaatkan 'keluguan' masyarakat yang belum cukup mendapat pencerahan melalui pendidikan yang memadai untuk mengeruk keuntungan, menebarkan kebencian SARA melalui berita atau informasi hoaks dan fitnah untuk memenuhi 'libido' ekonomi-politiknya.
Fitrah Manusia
Fenomena kelompok penebar kebencian berkonten SARA melalui berita dan atau informasi hoaks dan fitnah, saat ini lagi menjamur, sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) hingga sejumlah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Kondisi tersebut membuat kita harus menengok kembali doktrin agama dan nilai-nilai kemausiaan. Bahwa hampir semua agama samawi (Islam, Kristen, dan Yahudi) serta agama dan kepercayaan lainnya, mempunyai pandangan yang sama tentang manusia.
Islam, dalam salah satu  doktrinnya menyebutkan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Perspektif Islam menjelaskan tentang fitrah itu tidak hanya menyangkut keyakinan theologis (habblumminallah), tapi juga berkaitan dengan hubungan muamalah (hablumminnas).
Perspektif theologis itu dijelaskan secara tegas dalam Qur'an. Â Dalam surat al-A'raf (Q.S. 7:172), ketika Allah SWT hendak akan meniupkan ruh-Nya ke dalam sulbi seorang calon anak manusia, Ia berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu? "Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".Â