Ayat tersebut menjelaskan tentang 'perjanjian manusia akan ketauhidan yang menggambarkan eksistensi Tuhan. Bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia. Secara theologis, kesaksian seorang anak manusia ketika masih di alam rahim, menunjukkan bahwa sejak awal, manusia itu secara fitrah mengenal akan keesaan Tuhan.Â
Hanya saja karena faktor lingkungan, sehingga setelah si jabang bayi lahir ke bumi, kemudian mulai 'bertingkah'. Berbagai pengaruh lingkungan, termasuk orang tuanya, menyebabkan sang anak terkontaminasi dan terpapar kefitrahannya. Karena itu, Nabi Muhammad SAW pernah berpesan, bahwa 'intervensi' lingkunganlah yang membuat seorang anak Adam kemudian harus mengingkari keesaan Tuhan dengan berpaling dari fitrahnya. "Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah", kata Nabi. Â
Fitrah dalam Relasi KemanusiaanÂ
Sejak awal manusia diciptakan Allah dalam keadaan tauhid, mengakui keesaan Tuhan, dan berpembawaan baik dan benar. Fitrah manusia itu cenderung kepada ajaran tauhid dan meyakininya. Ajaran tauhid pada hakekatnya sejalan dengan nalar (yang benar) dan senantiasa membimbing kepada pola pikir dan pola tindak  yang konstruktif.
Dengan begitu fenomena 'kelompok bangsat' (sebagaimana Ade Armando menyebut Saracen) yang secara sadar menebarkan cara pikir dan pola tindak yang destruktif dengan mengangkangi nalarnya, hanya untuk memenuhi syawat ekonomi-politik sesaat, merupakan anomali nyata dari hakekat kefitrahannya sebagai manusia. Tidak hanya mengingkari nilai ketauhidan, tapi sekaligus memberangus secara kasar nilai-nilai kemanusiaan yang cenderung menginginkan dan mengharapkan kedamaian.
Belajar Mencintai (dari) Nelson MandelaÂ
Mantan Presiden AS, Barack Obama, seperti diungkapkan Grace Natalie dalam acara ILC itu, pernah membuat tweet melalui akun twiternya. Tweet Obama itu dilakukan sesaat setelah terjadi kerusuhan rasial di AS beberapa waktu lalu.
Rupanya ketika terjadi kerusuhan rasial itu, Obama teringat akan pernyataan seorang tokoh dunia, pejuang penghapusan sistem Apartheid yang pernah berlangsung (dari 1948 sampai dengan 1991) di Afrika Selatan. Sebuah sistem pemerintahan yang menerapkan perbedaan perlakuan (diskriminasi) atas dasar warna kulit, antara warga negara kulit putih dan warga negara kulit hitam. Tokoh tersebut adalah Nelson Mandela.
Sosok Nelson Mandela tidak hanya dikenal sebagai Bapak Afrika Selatan, melainkan juga menahbiskan dirinya sebagai seorang tokoh kemanusiaan yang sangat kharismatis. Karena itu, pernyataan yang keluar dari lisan Nelson Mandela sering menjadi referensi banyak tokoh dunia lainnya. Salah satu tokoh dunia, yang terpesona dengan kharisma Nelson Mandela itu adalah mantan Presiden AS, Barack Obama.