Syaratnya, jangan terus menerus menepuk dada karena menang jumlah, tapi sudah saatnya harus bangkit memperbaiki diri pada aspek kualitas dan kompetensi. Harus segera para elit politik dan tokoh agama yang masih ‘waras’ untuk membebaskan umat dari cengkraman para petualang (baik politik maupun agama). Tentu saja, harus mengurangi dan menghapus ‘semua langkah’ yang dapat menjebak dan menimbulkan noda hitam yang dapat memberi nilai minus, yang malah akan menjadi ganjalan untuk meningkatkan posisi tawar. Dengan demikian eksistensi umat Islam tidak hanya dikenal sebatas umat mayoritas dari segi jumlah tapi mampu menunjukkan identitas sebenarnya sebagai umat yang rahmatan lil alaamin.
Wallahu a’alam bish shawab
Makassar, 1/4/2017
Sumber bacaan :Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H