Apalagi di tengah euphoria dan demam berselancar ria di media sosial. Semua orang merasa memiliki hak yang ‘tak terbatas’. Atas nama hak dan kebebasan berekspresi sebagian orang dari warga bangsa ini merasa dapat berbuat sesuai dengan keinginan dan kehendaknya, tanpa sedikit pun mau bertenggang rasa. Menjadikan hak sebagai alasan pembenar untuk bertindak dan berekspresi. Padahal di dalam hak itu sendiri melekat secara inheren tuntutan lain yang harus pula dipenuhi, yakni kewajiban. Bahkan dalam batas-batas tertentu, sebelum menuntut hak, hendaknya terlebih dahulu menunaikan kewajiban.
Mestinya RK atau Kang Emil tahu dan menyadari bahwa semakin tinggi pohon menjulang, semakin terbuka peluang tertimpa angin yang semakin kencang. Dan seiring dengan niat dan asa politiknya untuk melangkah jauh ke posisi yang lebih tinggi maka semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. RK harus siap mental menerima berbagai kemungkinan yang kurang menyenangkan, termasuk pula berbagai isu dan fitnah yang akan berusaha ‘mengulitinya’ sampai nyaris tak tersisa.Â
Oleh : eN-Te
Punten dan mathur nuhun, Kang Emil!
Wallahu a’alam bish shawab
Makassar, 23/3/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H