Tambahan pula, konpers tersebut bukan menjernihkan suasana, malah menjadi ajang untuk memperlihatkan ‘ketidakdewasaan’ berpolitik. Derajat negarawan yang sudah ditempati sebagai seorang ‘mantan’, malah harus terdegradasi karena pernyataan sendiri. Dinamika dan dialektika yang berkembang dalam masyarakat malah ditanggapi secara sentimental dan penuh dengan retorika yang dangkal. Lebih jauh malah seolah-olah mengesankan diri sebagai pihak yang terdzalimi, sehingga tanpa disadari malah mengesankan ingin melakukan provokasi dan menebarkan kebencian secara massif.Â
Di titik inilah kita bisa menempatkan seorang Prabowo sebagai seorang pejuang sejati dibandingkan dengan yang lainnya. Tidak ingin menangguk di air keruh, hanya karena memanfaatkan momentum yang ada. Meski ada kepentingan politik yang juga sedang beliau perjuangkan. Tapi dengan jiwa besar, Prabowo mencoba mencermati situasi dan dinamika politik yang sedang terjadi dan menempatkan posisinya pada tempat terhormat.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap Prabowo ini merupakan sebuah proses pembelajaran menuju kedewasaan dalam berdemokrasi. Menggunakan perhitungan politik secara matang dan bertanggung jawab. Tidak semata-mata karena nafsu kuasa semata, yang mungkin sudah mencapai di ubun-ubun.
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 18112016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H