Dengan begitu, Prof. Yusril “Mickey Mouse” Ihza Mahendra, sebenarnya menyadari bahwa upayanya untuk maju di Pilkada DKI 2017 bukan perkara ringan. Harus melalui hambatan dan rintangan yang sangat serius. Akan tetapi, karena ambisi yang sudah mencapai ubun-ubun, ia seakan menutup mata terhadap realitas politik sesungguhnya yang ia sendiri sangat tahu. Kemudian bersikap pura-pura tidak tahu, terus menerus berwara-wiri, termasuk mendaftar sana-sini ke berbagai parpol, berharap dapat dilirik dan lolos seleksi terpilih menjadi bakal calon. Sayang pada akhir ikhtiarnya hanya menyisakan kekecewaan.
Figur dan talentanya sebagai “tokoh nasional” ternyata tidak cukup laku dijual. Bahkan oleh parpol-parpol, sang profesor dianggap bukan merupakan figur yang dibutuhkan DKI sebagai ibukota negeri. Maka tepatlah, bila kita harus menyebut sang profesor sebagai orang yang hanya berilusi dan menggantang asap semata (lihat artikel Prof. Yusril Hanya Menggantang Asap). Karena itu tepat pula bila kita mengucapkan goodbyeProfesor, Jakarta tidak membutuhkan Anda!
Wallahu a’lam bish-shawabi
Makassar, 26092016
Oleh : eN-Te
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H